Menimbang Argumentasi Perkaderan PMII
(Di kutib dari buku Pendidikan
Kritis Transformatif)
Individu-individu yang membentuk
komunitas PMII dipersatukan oleh konstruks ideal seorang manusia. Secara idelogis,
PMII merumuskannya sebagai ulul albab-citra diri seorang kader PMII. Ulul
albabsecara umum didefinisikan sebagai seseorang yang selalu haus akan ilmu
pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tak pula mengayun dzikir. Dengan sangat
jelas citra ulul albab disarikan dalam motto PMII dzikir, pikir dan amal
sholeh.
Dalam
Al Qur’an secara lengkap kader ulul albab digambarkan sebagai berikut :
1.
Al-Baqarah (2): 179
“dan dalam hokum qishas itu ada
(jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai Ulul Albab, supaya kamu bertaqwa.
2.
Al-Baqarah (2): 197
“ dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sebaik-baik
bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab.”
3.
Al-Baqarah (2); 296
“Allah menganugerahkan al-hikmah
(kefahaman yang mendalam tentang Al-Quran dan Hadits) kepada siapa saja yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi al-hikmah itu, maka ia benar-benar
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulul Albab-lah yang dapat
mengambil pelajaran.”
4.
Ali-Imran (3):190
“dialah yang menurunkan
al-kitab kepada kamu. Diantra (isi)nya ada ayat-ayat muhkamah itulah
pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat, Adapun orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat
mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari Tugas
Akhir’wilnya, padahal tidak ada orang yang tahu Tugas Akhir’wilnya kecuali
Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan: “kamu beriman kepada
ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.” Dan kami tidak dapat
mengambil pelajaran (darinya) melainkan Ulul Albab.”
5.
Ali Imran (3): 190
“sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
Ulul Albab.”
6.
Al-Maidah (5) 100
“katakanlah : tidak sama yang
buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka
betaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, agar kamu mendapat keuntungan.”
7.
Al-ra’d (13): 19
Adakah orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar-benar sama
dengan orang yang buta? Hanyalah Ulul Albab saja yang dapat mengambil
pelajaran.”
8.
Ibrahim (14); 52
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan
sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denganya, dan supaya
mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar Ulul
Albab mengambil pelajaran.”
9.
Shaad (38): 29
“ini adalah
sebuah kitab yang diturunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran Ulul Albab.”
10. Shaad
(38): 29
“ dan kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rakhmat dari Kami dan pelajaran bagi Ulul Albab.”
11.
Al-Zumar (39): 9
“(Apakah kamu hai orang-orang
musrik yang lebih beruntung)ataukah orang-orang yang beribadat diwaktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhanya? Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya Ulul
Albab-lah yang dapat menerima pelajaran.”
12. Al-Zumar:
(39): 17-18
“dan orang-orang yang menjauhi
taghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita
gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah Ulul
Albab.”
13. Al-Zumar
(39): 21
“ Apakah kamu tidak memperhatikan
bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air langit dari bumi, maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan dengan air itu
tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi Ulul
Albab.”
14. Al-Mu’min
(40): 53-54
“ dan sesungguhnya telah Kami
berikan petunjuk kepada Musa, dan kami wariskan taurat kepada Bani Israil untuk
menjadi petunjuk dan peringatan bagi Bani Ulul Albab.”
15. Al-Talaq
(65):10
“ Qallah menyediakan bagi mereka
(orang-orang yang mendurhakai perinath Allah dan rasul-Nya) azab yang keras,
maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu.”
Dari
elaborasi teks di atas, komunitas ulul-albab dapat dicirikan sebagai berikut :
(secara skematik dapat dirumuskan dalam bagan)
a.
Berkesadaran histories-primordial
atas relasi Tuhan-manusia-alam.
b.
Berjiwa optimis-transedental atas
kemampuan mengatasi masalah kehidupan/.
c.
Berpikir secara dialektis.
d.
Bersikap kritis.
e.
Bertindak Transformatif
Sikap atau
gerakan seperti ini bisa berinspirasi pada suatu pandangan keagamaan yang
transformatif. Nah, Ulul Albab adalah orang yang mampu mentransformasikan
keyakinan keagamaan atau ketaqwaan dalam pikiran dan tindakan yang membebaskan:
, melawan thaghut.
Kegelisahan Kaderisasi Di PMII
|
|||||||||
|
|||||||||
a. Inventarisasi pemetaan dan pemilahan problem pengkaderan
Latar belakang Kader
|
Motivasi
|
Hasil
|
-
Santri NU
-
Gaul, orang bebas
-
Ikut-ikutan Teman
-
Ekonomi Menengah Ke bawah
-
Abangan
-
Masyarakat pedalaman (desa)
- Masyarakat Tradisionalis
|
-
Aktualisasi diri,
-
Aktif di NU,
-
Tertarik dengan figur,
-
Ikut teman
-
Tertarik dg PMII
-
Belajar organisasi
-
Belajar Islam
-
Pinter
-
Demo
-
Banyak pengalaman
-
Anti Muhammadiyah/kelompok
kanan
-
Kekuasaan/politik/batu loncatan
-
Mendapatkan sesuatu yang baru
|
-
Biasa saja
-
kurang agresif
-
Militan
-
Setengah-Setengah
-
Tidak aktif lagi di PMII
-
|
b. Mengapa hal-hal tersebut di atas terjadi.
c. Anatomi setrategis kaderisasi Kader
Keterangan
|
Anatomi Setrategis Kaderisasi
|
||||||||
Identitas kultural
|
|
||||||||
Agama
|
|
||||||||
Aktualisasi diri
|
|
||||||||
Akses politik
|
-
PMII jadi batu
loncatan atau itu adalah dampak = rawan
sehingga ada masalah baru
-
Tidak ada
modul bagi politisi
-
PMII memberi
ruang untuk
-
Isu strategis:
ruang aktualisasi politik bagi kader
-
Contoh
ruang : partai di kampus-ruang
alternatif, BEM - diaspora \
-
Politik
eksternal : PMII menyiapkan ruang
untuk berkompetisi
-
Matri : Manajemen konflik/manajemen Forum
-
Apa
kepentingan PMII? Politik kampus dengan pembelajaran ketrampilan berpolitik.
-
Ansos Politik
Pribadi Media pembelajaran
Politik eksternal Politik Mahasiswa
(DPRD, Birokrasi) (BEM, Internal)
-
Materi : merebut politik kampus
-
Wacana
politik : materi
|
SISTEM PERKADERAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Menimbang Argumentasi Perkaderan PMII
A. Citra Diri Ulul Albab
Individu-individu yang membentuk komunitas PMII
dipersatukan oleh konstruks ideal seorang manusia. Secara idelogis, PMII
merumuskannya sebagai ulul albab-citra diri seorang kader PMII. Ulul
albabsecara umum didefinisikan sebagai seseorang yang selalu haus akan ilmu
pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tak pula mengayun dzikir. Dengan sangat
jelas citra ulul albab disarikan dalam motto PMII dzikir, pikir dan amal
sholeh.
Dalam Al
Qur’an secara lengkap kader ulul albab digambarkan sebagai berikut :
11.
Al-Baqarah (2): 179
“dan dalam hokum qishas itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, hai Ulul Albab, supaya kamu bertaqwa.
12.
Al-Baqarah (2): 197
“ dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa
dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab.”
13.
Al-Baqarah (2); 296
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang
mendalam tentang Al-Quran dan Hadits) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan
barang siapa dianugerahi al-hikmah itu, maka ia benar-benar dianugerahi karunia
yang banyak. Dan hanya Ulul Albab-lah yang dapat mengambil pelajaran.”
14.
Ali-Imran
(3):190
“dialah yang menurunkan al-kitab kepada kamu. Diantra (isi)nya ada ayat-ayat
muhkamah itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyabihat, Adapun orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari Tugas Akhir’wilnya, padahal tidak ada orang yang tahu Tugas
Akhir’wilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan:
“kamu beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.”
Dan kami tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Ulul Albab.”
15.
Ali Imran (3): 190
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab.”
16. Al-Maidah (5) 100
“katakanlah : tidak sama yang buruk dengan yang
baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka betaqwalah kepada
Allah hai Ulul Albab, agar kamu mendapat keuntungan.”
17. Al-ra’d (13): 19
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar-benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah Ulul Albab saja yang dapat mengambil pelajaran.”
18. Ibrahim (14); 52
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan sempurna bagi
manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denganya, dan supaya mereka
mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar Ulul Albab
mengambil pelajaran.”
19.
Shaad (38): 29
“ini adalah sebuah kitab
yang diturunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran Ulul Albab.”
20. Shaad (38): 29
“ dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula
sebagai rakhmat dari Kami dan pelajaran bagi Ulul Albab.”
11. Al-Zumar
(39): 9
“(Apakah kamu hai orang-orang musrik yang lebih
beruntung)ataukah orang-orang yang beribadat diwaktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhanya?
Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” sesungguhnya Ulul Albab-lah yang dapat menerima pelajaran.”
16. Al-Zumar: (39): 17-18
“dan orang-orang yang menjauhi taghut (yaitu)
tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab
itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan
lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah Ulul Albab.”
17. Al-Zumar (39): 21
“ Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah menurunkan air langit dari bumi, maka diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan dengan air itu tanaman-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.”
18. Al-Mu’min (40): 53-54
“ dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk
kepada Musa, dan kami wariskan taurat kepada Bani Israil untuk menjadi petunjuk
dan peringatan bagi Bani Ulul Albab.”
19. Al-Talaq (65):10
“ Qallah menyediakan bagi mereka (orang-orang
yang mendurhakai perinath Allah dan rasul-Nya) azab yang keras, maka bertaqwalah
kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah
telah menurunkan peringatan kepadamu.”
Dari
elaborasi teks di atas, komunitas ulul-albab dapat dicirikan sebagai berikut :
(secara skematik dapat dirumuskan dalam bagan)
f.
Berkesadaran histories-primordial atas relasi
Tuhan-manusia-alam.
g.
Berjiwa optimis-transedental atas kemampuan
mengatasi masalah kehidupan/.
h.
Berpikir secara dialektis.
i.
Bersikap kritis.
j.
Bertindak Transformatif
Sikap atau gerakan seperti
ini bisa berinspirasi pada suatu pandangan keagamaan yang transformatif. Nah,
Ulul Albab adalah orang yang mampu mentransformasikan keyakinan keagamaan atau
ketaqwaan dalam pikiran dan tindakan yang membebaskan: , melawan thaghut.
B. Ulul Albab Adalah Kader Pelopor
Ulul Albab itulah yang dalam
bahasa pergerakan disebut dengan kader pelopor (vanguardist).
Kepeloporan dalam pengertian apa? Siapakah sebenarnya kader pelopor tersebut?
Asal usul istilah pelopor
berasal dalam khasanah politik. Pertama kali diperkenalkan oleh Lenin di Rusia
pada sekitar tahun 1980-an. Istilah itu digunakan untuk menyebut suatu partai
pelopor (Vanguard party). Artinya, kepeloporan pada mulanya bermakna
politik. Dalam penertian lenian ini kepeloporan dimaknai sebagai kepeloporan politik
atau propaganda. Partai pelopor
Berkesadaran historis-primordial atas relasi Tuhan-Manusia-alam
|
Yang utama dari ayat-ayat tentang ulul albab adalah bahwa mereka
merupakan manusia yang memiliki kesadaran teologi yang dibangun dari
pandangan dunia bahwa : (1) manusia adalah makhluk yang terikat dengan
“perjanjian primordial” dengan tuhan dan karenanya manusia selalu hidup dalam
bingkai ke-tuhanan; dan (2) bahwa untuk melaksanakan perjanjian tersebut
keberagamaan manusia harus mampu mentransformasikan keyakinan dalam bentuk
pemikiran atau filsafat hidup untuk mengelola dunia dengan segala
persoalannya berdasarkan hukum-hukum sosial dan proses kesejarahan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas proses
sejarah yang terjadi dan dia tidak bisa mengelak atau melarikan diri dari
tanggung jawab itu, Karen apertanggung jawaban dimaksud adalah pertanggung
jawaban kepada Tuhan karena ia sudah terikat dalam perjanjian primordial
sebagai insane berketuhanan dan sebagai khalifah di bumi.
|
Berjiwa optimis transedental atas kemampuan pribadi dalam mengatasi semua
persoalan kehidupan
|
Sikap optimis-transedental sejatinya hanya dan selalu lahir dari jiwa
orang-orang yang bertaqwa. Dalam al-quran disebutkan bahwa “barang siapa yang
bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan
selalu memberikan kepadanya jalan keluar.” (al-Talaq (65): 2). Ketaqwaan atau
juga kesadaran transendental sesungguhnya selalu berkorelasi positif dengan
sikap sikap optimis. Artinya pesimisme adalah cermin dari orang-orang yang
“bertaqwa”, atau bertaqwa tetapi ia tidak mampu memaknai ketaqwaanya dan
tidak bisa mentransformasikan ketaqwaan itu dalam kecakapan pribadi dan
kepercayaan diri yang dipupuk dengan prinsip-prinsip hidup utama. Jadi kader
ulul albab adalah kader yang bertaqwa (al-Talaq(65) :10; al-Maidah (5):100;
al-Baqarah (2) 179, 197). Ini berarti taqwa harus dimaknai sebagai keyakinan
yang hidup diatas kesadrab transedental yang darinya akan lahir pribadi yang
teguh memegang prinsip dan disertai komitmen yang konsisten untuk membangun
suatu orde keadilan. Komitmen itu sendiri lahir dari suatu pandangan teologis
yang mapan, bahwa tugas manusia di dunia adalah “mengelola dunia dann menjaga
agama”
|
Berpikir dialektis-struktural dalam melihat berbagai peristiwa sosial
masyarakat
|
Dalam ayat-ayat tentang Ulul Albab diatas jelas dinyatakan pentingnya
berpikir dialketis menyangkut fakta atau persoalan yang terkait dengan
hokum-hukum alam yang permanen atau hukum-hukum sosial yang bisa direkayasa
oleh manusia sendiri. (Misalnya dialektika sebab akibat, siang malam, tumbuh
mati). Cara berpikir dialektis dengan sendirinya akan berporos pada usaha
pengembangan struktur sosial yang lebih baik melalui kerangka
aksi-refleksi-aksi, dst, konteks-teks-konteks, struktur-kultur-struktur, dst.
Sebagai contoh, dalam melihat suatu fakta atau persoalan sosial dalam
kerangka pikir dialektis structural, maka pertama akan melakukan aksi,
melihat konteks, dan mengupayakan perubahan dengan pendekatan structural. Baru
kemudian diperlukan refleksi, melihat kembali khazanah kulutural yang adadan
juga mencari rujukan teks yang diperlukan. Setelah itu kembali lagi ke aksi,
konteks, dan struktur.
|
Bersikap kritis-prasporsional menghadapi berbagai perbedaan dan
pluralitas pendekatan, sudut pandang, dan ideologiyang berekembang erkembang
dimasyara
|
Salah satu karakter utama dan menonjol kader
ulul albab adalah bahwa ia selalu mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa
dan fakta yang ada ditengah masyarakat. Mampu mengambil pelajaran artinya ia
bisa membuat suatu refleksi dan identifikasi/pemetaan masalah dengan
mengedepankan cara berpikir kritis-proporsional. Kritis juga berarti
berkemampuan untuk menyampaikan pesan secara akurat sehingga ulul albab selalu
menjadi corong yang mampu me
|
Berkembang di
masyarakat.
Bertindak transformatif cultural
|
Mampu menyampaikan dan menyelesaikan persoalan dengan
bahsa kaumnya.
Salah satu karakter utama dan menonjol kader ulul albab
adalah bahwa ia selalu mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa dan fakta
yang ada ditengah masyarakat. Mampu mengambil pelajaran artinya ia biasa
membuat suatu refleksi dan identitas/ pemetaan masalah dengan mengedepankan
cara berpikir kritis-proporsional. Kritis juga berarti berkemampuan untuk
menyampaikan pesan secara akurat sehingga ulul albab selalu menjadi corong
yang mampu menyampaikan dan menyelesaikan persoalan dengan bahasa kaumnya.
|
C. Macam Dan Pengertian
Perakaderan PMII
Kaderisasi PMII pada hakekatnya adalah totalitas
upaya-upaya yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk membina
dan mengembangkan potensi dzikir, fikir dan amal soleh setiap insan pergerakan.
Secara kategoris dapat dipilih dalam tiga bentuk yakni: Perkaderan Formal
Basic, Perkaderan Formal Pengembangan dan Perkaderan Informal. Ketiga
bentuk ini harus diikuti oleh segenap warga pergerakan, sehingga pada saatnya
kelak akan terwujud kader yang berkualitas ulul albab.
Perkaderan formal basic meliputi tiga
tahapan dengan masing-masing follow-up-nya. Ketiganya itu adalah Masa
Penerimaan Anggota Baru (Mapaba), Pelatihan Kader Dasar (PKD), dan Pelatihan
Kader Lanjutan (PKL). Ketiga tahapan dengan follw-up yang menyertai itu
merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, karena kaderisasi PMMI pada hakekatnya
merupakan proses terus menerus, baik di dalam maupun di luar forum kaderisasi (long-life-education).
Perkaderan Formal Pengembangan adalah berbagai
pelatihan dan pendidikan yang ada di PMII. Perkaderan jjenis ini dibedakan
dalam dua macam, yakni 1) yang wajib diikuti oleh segenap kader secara mutlak,
dan 2) yang wajib di ikuti sebagai pilihan. Yang sifatnya wajib mutlak,
disamping sebagai pembekalan mengenai hal-hal dasar yang harus dimiliki kader
pergerakan, juga merupakan prasyarat bagi keikutsertaan kader bersangkutan
dalam PKD atau PKL.
Sedang perkaderan informal
adalah keterlibatan kader pergerakan dalam berbagai aktifitas dan peran
kemasyarakatan PMII. Baik dalam posisi sebagai penanggung jawab, menjadi bagian
dari team work, atau bahkan sekedar partisipan. Perkaderan jenis ini
sangat penting dan mutlak diikuti. Disamping sebagai tolak ukur komitmen dan
militansi kader pergerakan, juga jauh lebih real disbanding pelatihan-pelatihan
formal lain, karena langsung bersinggungan dengan realitas kehidupan.
Di atas semua pelatihan tersebut terdapat satu
pelatihan lagi yakni pelatihan fasilitator. Pelatihan ini dimaksudkan untuk
menciptakan kader-kader pergerakan yang secara terus menerus akan membina dan
menangani berbagai forum perkaderan di PMII. Pelatihan lebih utama ditujukan
bagi kader-kader potensial yang telah mengikuti semua bentuk perkaderan
sebelumnya, dan yang telah teruji komitmennya terhadap PMII maupun aktifitas
dan peran-peran sosial.
D. Penjenjangan Kaderisasi
Secara berurutan , penjenjangan pelatihan-pelatihan, baik
pelatihan formal basic, pelatihan formal pengembangan maupun pelatihan
informal dan pelatihan Fasilitator adalah sebagai berikut:
1. Masa Penerimaan Anggota
Baru, disingkat MAPABA.
Mapaba merupakan forum pengkaderan formal basic tingkat
pertama. Disamping sebagai masa penerimaan anggota, forum ini juga sbagai
wahana pengenalan PMII dan penanaman nilai (doktrinasi) dan idealisme sosial
PMII.
Pada fase ini harus ditanamkan makna idealisme yang
bermuatan relegius bagi mahasiswa dan urgensi perjuangan untuk idealisme itu
melalui PMII baik pada struktur formalnya sebagai organisasi maupun pada aspek
substansinya sebagai komunitas gerakan mahasisiwa yang berkatar kultur Islam.
Karena itu terget yang harus dicapai pada fase ini adalah tertanamnya keyakinan
pada setiap individu anggota bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang
paling tepat untuk mengembangkan diri dan memperjuangkan idealisme tersebut.
Dari tahap ini output yang diharapkan adalah anggota yang mu’taqid.
Follow up Mapaba
Merupakan forum pengayaan wawasan ketrampilan anggota baru,
sekaligus menjadi salah satu persyaratan untuk memasuki tahap kedua perkaderan
formal basic (PKD). follow up Mapaba diarahkan pada studi-studi
fakultatif, sebagai upaya pengembangan diri kader pergerakan. Studi fakultatif
ini dilakukan melalui forum small group di mana kader diarahkan untuk
memiliki scientific attitude dengan melakuakan pengkajian-pengkajian
secara intensif dan terus menerus mengenai berbagai persoalan actual di bidang
agama dan keberagaman, sosial budaya, politik, ekonomi, dan lain-lain.
Selain follow up di
atas, setelah Mapaba seorang kader pergerakan juga harus mengikuti dua
pelatihan formal pengembangan, yang juga merupakan syarat mutlak bagi
keikutsertaan kader bersangkutan dalam PKD. Kedua pelatihan itu adalah:
a. Studi
Epistemologi
Studi ini dimaksudkan untuk membekali kader pergerakan
dengan perangkat paling dasar ilmu pengetahuan, yang juga meliputi ontology dan
aksiologinya. Panduan dan kurikulum pelatihan ini dapat dilihat pada bagian
ketiga buku ini.
b. Pengembangan Ketrampilan Bahasa Asing
(Inggris elementary).
Target wajib minimal yang harus dicapai
adalah penguasaan atas kosa kata dan kalimat-kalimat percakapan sehari-hari.
Pelatihan ini dapat dilakukan secara individual dengan mengikuti kursus reguler
atau yang diadakan oleh PMII sendiri.
2. Pelatihan Kader Dasar,
disingkat PKD
Pelatihan Kader Dasar
merupakan perkaderan formal basic tingkat kedua. Pada fase ini persoalan
doktrinasi nilai-nilai dan misi PMII, penanaman loyalitas dan militansi
gerakan, diharapkan sudah tuntas. Target yang harus dicapai pada fase ini
adalah terwujdnya kader-kader militan, mempunyai komitmen moral dan dasar-dasar
kemampuan praksis untuk melakukan Amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam PKD, kepada peserta
mulai diperkenalkan berbagai berbagai model gerakan, prinsip prinsip dasar
Analisa Sosial,dasar-dasar Advokasi dengan segala macam bentuknya serta dasar-dasar managerial pengelolaan
aktifitas dan gerakan. Output dari PKD adalah seorang kader pergerakan
yang siap terjun di tengah masyarakat.
Follow up PKD
MerupakaN forum pengembangan
wawasan dan keahlian kader sekaligus menjadi persyaratan untuk memasuki tahap
ketiga Pelatihan Formal Basic (PKL). Follow up PKD diarahkan pada
studi-studi pengembangan atau diskusi-diskusi intens, sebagai upaya peningkatan
kualitas kader pergerkan. Studi intens ini dilakukan melalui forum small
group, dimana kader diarahkan untuk memiliki sense of movement
dengan melakukan pemgkajian-pengkajian secara intensif dan terus menerus
mengenai berbagai persolan actual di masyarakat dan tokoh-tokoh gerakan rakyat
dan atau gerakan sosial. Apabila dipandang perlu, forum small group dapat
didampingi oleh seorang fasiliitator atau kader dengan kualifikasi telah lulus
PKL, serta memiliki penguasaan yang relatif lebih luas atas persoalan yang
menjadi konsens dari small group yang
bersangkutan.
Selain follow up di
atas, setelah PKD seorang kader pergerakan juga harus mengikuti dua pelatihan
formal pengembangan, yang juga merupakan syarat mutlak bagi keikutsertaan kader
bersangkutan dalam PKL. Kedua pelatihan itu adalah:
a.
Sekolah Analisa Sosial
Disamping dimaksudkan untuk
memperkokoh komitmen sosial warga pergerakan, pelatihan ini juga dimaksudkan
untuk membekali kader pergerakan tentang perangkat analisa sosial yang mutlak
diperlukan dalam berbagai aksi dan kemasyarakatan PMII. Panduan dan kurikulum
pelatihan ini dapat dilihat pada bagian ketiga buku ini.
b.
Pengembangan Ketrampilan
Bahasa Asing (Inggris intermediate)
Target wajib minimal yang
harus dicapai adalah selain penguasaan dalam memahami naskah-naskah berbahasa
Inggris (transltion) juga kemahiran (fluently) atas kosa kata dan
kalimat-kalimat percakapan forum (English of meeting) Pelatihan ini
dapat dilakukan secara individual dengan mengikuti kursus reguler atau yang
diadakan oleh PMII sendiri.
Setelah PKD, seorang kader pergerakan
harus mengikuti minimal satu pelatihan formal pengembangan yang bersifat
pilihan, yang juga merupakan syarat mutlak bagi keikutsertaan kader
bersangkutan dalam PKL. Pelatihan formal pengembangan kader atas
pilihan-pilihan peran sosial transformatif atau gerakan/aksi minat,
kecenderungan dan potensi masing-masing kader. Pelatihan-pelatihan tersebut
adalah:
1.
Pelatihan Advokasi Hukum
(Pralegal)
Pelatihan ini dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader
yang memiliki kesadaran kritis terhadap terjadinya pelanggaran HAM dan civil
violent serta kemampuan praksis dalam melakukan penegakan hokum pada
segenap sector kehidupan.
2.
Pelatihan Advokasi Petani dan Nelayan
Pelatihan
ini dimaksudkan unutk melahirkan kader-kader yang memiliki kesadaran kritis
terhadap terjadinya marginalisasi atas petani/nelayan serta kemampuan praksis
dalam melakukan penguatan (empowerment) terhapadap mereka.
3.
Pelatihan Advokasi Lingkungan
Pelatihan
ini selain dimaksudkan untuk membekali kader pergerakan dengan diskursus
lingkungan beserta konsepsi paradigmatic yang mendasarinya; dan terjadinya
pelanggaran hokum lingkungan; juga kemampuan analitis dan praksis serta
managerial dalam penegakan hokum lingkugan menuju terciptanya tatanan semua
aspek kehidupan yang ramah lingkungan.
4. Pelatihan advokasi Buruh
Pelatihan ini dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader
yang memiliki kesadaran kritis terhadap terjadinya marginalisasi atas buruh
serta kemampuan praksis dalam melakukan penguatan (empowerment)terhadap
mereka.
5.
Pelatihan Advokasi Perempuan
Pelatihan
ini dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader yang memilii wawasan tentang
kesetaraan gender dan kesadaran kritis terhadap terjadinya ketidak-adilan atas
perempuan serta kemampuan praksis dalam melakukan penegakan atas hak-hak
mereka.
6.
Pelatihan Penelitian Akademik
Pelatihan
ini selain dimaksudkan untuk membekali kader pergerakan dengan perangkat dasar
ilmu pengetahuan beserta aspek ontologis dan aksiologisnya, juga untuk
membekali kemampuan analitis dan metodologis dalam pembuktian akademik terhadap
kasus-kasus empirik khususnya yang menyangkut sector-sektor kehidupan publik.
7.
Pelatihan Risaet Aksi Partisipatoris (PAR)
Pelatihan ini selain dimaksudkan untuk membekali kader
pergerakan dengan perangkat dasar ilmu pengetahuan beserta aspek ontologis dan
aksiologisnya, juga untuk membekali kemampuan analitis dan metodologis dalam
melakukan riset-riset aksi partisipatoris.
8. Pelatihan Jurnalistik dan
Manajemen Informasi
Pelatihan ini selain dimaksudkan untuk membekali kader
pergerakan dengan dimensi-dimensi dasar jurnalistik dan informatika beserta
aspek ontologis dan aksiologisnya, juga untuk membekali kemampuan analitis dan
praksis atau managerial dalam pengelolaan informasi dan penciptaan opini.
9.
Pelatihan Kewirausahaan dan Penguatan Ekonomi
Rakyat
Pelatihan
ini selain dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader pergerakan yang memiliki
kesadaran kritis dan transformatif mengenai persoalan ekonomi dan politik, juga
untuk membekali kemampuan praksis dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang
pengembangan usaha dan kewirausahaan, menuju terciptanya ekonomi rakyat yang
kuat.
Panduan
dan kurikulum untuk pelatihan-pelatihan tersebut dapat dilihat pada bagian
ketiga buklu ini.
3.
Pelatihan Kader Lanjut, disingkat PKL
Tahapan ini merupakan fase spesifikasi
untuk mengarahkan kader kepada kemampuan pegelolaan organisasi secara
professional. Dengan pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai dan misi
organisasi yang telah ditanamkan pada PKD, maka dalam PKL ini kader ditempa dan
dikembangkan seluruh potensi dirinya untuk menjadi seorang pemimpin yang
menyadari sepenuhnya amanah kekhalifahanya dengan didukung oleh kematangan
leadership dan kemampuan managerial. Output dari pelatihan tahap ini adalah “Leader
of Movement and Institusion”.
Follow up PKL
Follow
up PKL dilakukan melalui (dalam bentuk) pengelolaan aksi sosial
transformatif. Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan kualitas kepemimpinan
kader pergerakan, baik dalam rangka pengembangan organisasi maupun dalam
memecahkan persoalan-persoalan strategis yang berkaitan dengan dinamika
internal organisasi dan dinamika eksternal yang terjadi di masyarakat.
Selain follow up di atas, terdapat dua
bentuk Pelatihan Paska PKL, yakni:
1.
Pelatihan Human dan Komunikasi Publik.
Pelatihan ini selain dimaksudkan untuk membekali
kader pergerakan dengan dimensi-dimensi dasar human realition dan
komunikasi publik, juga untuk membekali kemampuan praksis dalam pengembangan
kepribadian, melakukan komunikasi (lobby, negoisasi dll) serta kemampuan
menjalin kemitraan dengan berbagai pihak menuju terciptanya performance PMII
yang simpataik, perfect dan
disegani. Pelatihan formal pengembangan jenis ini wajib diikuti oleh semua
anggota pergerakan.
2.
Pelatihan Fasilitator Pelatihan
Pelatihan ini dimaksudkan untuk melahirkan
kader-kader pergerakan yang memiliki kemampuan sebagai fasilitator untuk semua
jenis pelatihan yang di di PMII.
Panduan dan kurikulum untuk kedua jenis pelatihan
tersebut dapat dilihat pada bagian ketiga buku ini.
E. REFLEKSI PKL DAN KADERISASI KAMPUS UMUM
Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) telah
terselenggara dengan frekuensi relatif lebih banyak dari sebelumnya. Hal ini
terjadi karena inspirasi PKC dan cabang pelaksana PKL serta motivasi PB PMII
untuk melakukan kerjasama dalam penyelenggaraan pelatihan tingkat lanjutan
tersebut. Dengan pengalaman 9 kali pelaksanaan PKL di berbagai daerah memang
belum terlalu bisa menggambarkan sebagai perwujudan profil Alul Albab kader
secara maksimal dan merata. Namun, pemupukan ke arah penjenjangan perkaderan
secara tepat dari Mapaba, PKD dan follow-up kemudian PKL mengarah pada
keseriusan pembentukan profil kader seperti yang tercermin dalam Tujuan PMII
pada Bab IV pasal 4 Anggaran Dasar.
Selain
frekuensi pelaksanaan, perlu diketahui pula bahwa selama periode ini PKL
dilaksanakan dengan mengangkat isu-isu lokal di masyarakat, seperti advokasi
pertambangan, pemberdayaan masyarakat industri, studi politik masyaralat dan
lainnya. Proses pembelajaran dengan mengangkat beberapa isu tersebut dilakukan
dengan metode partisipatoris. Karena peserta belajar disumsikan sebagai orang
yang telah memiliki wawasan, pengalaman dan kemampuan. Proses belajar dilakukan dengan model
andragogi. Kelanjutan dari PKL di beberapa daerah tersebut dengan membentuk
solidaritas bersama mengenai isu-isu kemasyarakatan yang rentan dengan
intimidasi pemerintahan lokal. Hal ini menjadi kesepakatan Rencana Tindak
Lanjut oleh masing-masing peserta PKL di beberapa daerah.
PKL
dilaksanakan dengan tujuan terciptanya kader profesional yang mengarah pada
pembentukan pribadi kader pada dua hal; kepemimpinan dan kemampuan manajemen
kader. Dua hal tersebut diharapkan menjadi bekal bagi kader PMII untuk
melanjutkan masa pengabdiannya sebagai ketua umum Pengurus Cabang, Pengurus
Koordinator Cabang, Pengurus Besar maupun sebagai bekal dalam rangka kompetisi
di luar ruang PMII. Kompetisi antar kader di dalam organisasi maupun di luar
organisasi ini bisa dilihat di mana kader PMII berada. Kalau kita menyangsikan “keberanian”
berkompetisi kader PMII selama ini, boleh jadi karena kader peserta PKL yang
dimiliki PMII masih relatif kurang. Untuk itu, proses pelaksanaan PKL ke depan
harus lebih matang di tingkat metode, kedalaman materi, kamatangan fasilitator
dan seleksi peserta yang ketat.
Kader
PMII lulusan PKD diharapkan menjadi kader mujtahid yaitu kader yang
bersungguh-sungguh untuk melakukan perjuangan dalam mengamalkan nilai-nilai
perjuangan pergerakan. Selain itu kader tersebut juga aktif melakukan
pergesekan pemikiran, sehinga muncul pemikiran-pemikiran baru dari mereka.
Sebagai mujtahid diasumsikan bahwa mereka belum memiliki kesadaran
profesionalitas untuk memimpin dengan manajemen yang bagus. Mereka baru merasa
mewakili segenap pengalaman dan bahan-bahan bacaan yang dipelajarinya. Kader mujtahid
juga diharapka memiliki kemampuan untuk menjadi organizer bagi segenap
potensi kritik untuk berada pada oposan sejati, tapi belum mampu mengorganiser
kekuatan eksternal untuk membangun akses politik-ekonomi dengan unsure-unsur di
luar komunitasnya.
Dengan
memperbandingkan antara kemampuan yang dibangun dalam pendidikan PKD dengan
keterampilan pada PKL, maka diharapkan muncul kesadaran kader PMII untuk lebih
banyak lagi mengadakan PKL. Betapa penting PKL dilaksanakan dalam rangka
mengantarkan setiap individu kader pada cita-cita menjadi insan Ulul Albab
sebagaimana tujuan organisasi.
Interaksi
sosial selalu menghasilkan perubahan, baik secara cepat maupun lambat, dari
pihak-pihak yang saling berinteraksi tersebut. Kajian-kajian teoritis yang
telah dibuat berkenaan dengan interaksi dan pertukaran antara organisasi dan
lingkungannya tersebut menunjukkan bahwa persaingan antar kelompok-kelompok
dalam kumpulan organisasi sejenis turut ditentukan oleh faktor-faktor lingkungannya.
Oleh karena itu perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan bersaing akan
berpengaruh secara signifikan terhadap eksistensi dan kemampuan suatu
organisasi.
Pada sisi yang lain, secara internal setiap organisasi
mengalami pertumbuhan. Dalam telaah teori-teori organisasi sejumlah pakar
mencatat adanya kesamaan pola-pola tertentu dalam kehidupan organisasi
berdasarkan perbandingan antara usia organisasi dengan ukuran dan
kompleksitasnya, yang membawa pada kesimpulan berupa teori tahapan/fase-fase
pertumbuhan organisasi. Salah satu pakar yang terkenal dalam kajian pertumbuhan
organisasi adalah Larry Greiner. Greiner menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Setiap organisasi bertumbuh melalui suatu tahapan
atau fase-fase pertumbuhan tertentu;
2.
Setiap fase pertumbuhan menciptakan krisisnya
sendiri, karena itu setiap fase “cenderung” diakhiri dengan suatu krisis;
3.
Jika krisis dapat diatasi dengan tepat, maka
berakhirnya krisis merupakan awal dimulainya fase/tahapan baru dalam
pertumbuhan organisasi.
Umumnya suatu organisasi
mengalami tahapan/fase-fase kaderisasi dan krisisnya sebagai berikut:
a.
Fase kreatifitas, berakhir dengan krisis
kepemimpinan
b.
Fase pengarahan, berakhir dengan krisis otonomi
c.
Fase pendelegasian, berakhir dengan krisis
pengendalian
d.
Fase koordinasi, berakhir dengan red tape
crisis
e.
Fase kolaborasi, dalam teori Greiner tidak jelas
krisis yang mengakhiri fase kolaborasi
Suatu krisis ditandai oleh beberapa gejala diantaranya
adalah: terjadinya konflik yang berlarut-larut dan terus menajam; retaknya kohesivitas
kelompok; menurunnya kinerja organisasi; serta tidak tercapainya target-target
dan tujuan pendirian organisasi. Kelambanan dan kegagalan menangani gejala
krisis akan mengarahkan organisasi pada puncak krisisnya. Jika krisis tidak
mampu direspons dengan tepat maka niscaya organisasi akan mengalami kemunduran,
atau kalaupun eksist namun action organisasi tidak mampu memberi makna
dan pengaruh signifikan bagi pemenuhan kebutuhan internal maupun eksternal
organisasi.
Greiner juga mencatat adanya kasus-kasus khusus
dimana organisasi tidak bertumbuh melalui tahapan dan krisis-krisis tersebut
secara berurutan, karena bisa saja suatu fase terlompati atau tidak diakhiri
dengan krisis. Selain itu Greiner tidak memberikan kelanjutan teorinya tentang
krisis apa atau apa yang terjadi sesudah fase kolaborasi. Namun sejumlah ahli
berpendapat bahwa pasca fase kolaborasi organisasi bertumbuh dari awal kembali,
tidak secara mekanistik melainkan secara organik.
Walaupun terdapat sejumlah catatan kritis
terhadap teori Greiner, namun teori ini dianggap cukup capable dan
relevan menjelaskan daur hidup organisasi; karena itulah teori ini sangat
sering dikutip dan dipakai.
Melalui fase-fase di atas organisasi dari jenis
apapun bertumbuh. Pada setiap fase dikembangkan strategi, struktur, sistem,
proses dan perilaku (kultur) yang berbeda, sebagai respons terhadap ukuran (size)
dan kompleksitas organisasi serta tantangan lingkungannya yang terus
berubah. Namun perlu dicatat bahwa suatu struktur, sistem, strategi dan kultur
yang berhasil pada suatu fase tertentu belum tentu tepat dipakai untuk fase
lainnya.
Krisis dalam organisasi terjadi tatkala
stabilitas organisasi terguncang, sejumlah fungsi organisasi tidak berjalan
optimal atau bahkan men-disfungsi. Penyebabnya bisa datang dari dalam maupun
dari luar organisasi, atau bersama-sama secara simultan. Akibat krisis adalah
menurun/merosotnya kinerja (performance) dan organisasi tak mampu
mencapai target-targetnya.
Agar organisasi tidak jatuh dalam krisis maka
setiap saat organisasi harus merespons gejala krisis dengan tepat, yaitu melalui pemetaan situasi dan
faktor-faktor problematik yang signifikan mempengaruhi kinerja dan pencapaian
target-target secara berkesinambungan, untuk kemudian melakukan penataan ulang
organisasi yang disesuaikan dengan kompleksitas pertumbuhan dan perubahan
lingkungannya.
Kebutuhan-kebutuhan baru akibat pertumbuhan
organisasi dan perubahan-perubahan lingkungan bersaing organisasi tersebut
perlu direspons secara tepat agar organisasi memiliki posisi persaingan yang
baik serta mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para anggota
organisasi secara khusus dan masyarakat secara umum merupakan tujuan
pembentukan organisasi PMII.
II. PELATIHAN KADER DASAR (PKD)
1.
Pengertian
Pelatihan Kader Dasar (PKD) merupakan
perkaderan formal basic tingkat kedua. Pada
fase ini persoalan doktrinasi nilai-nilai dan misi PMII, penanaman loyalitas
dan militansi gerakan, diharapkan sudah tuntas.
2.
Model Pendekatan
Karena
persoalan doktrinasi nilai, ideologi visi-misi PMII yang sudah tuntas, sehingga
pendekatan doktrinasi sudah tidak diperlukan dalam pelatihan formal basic kedua
ini. Tetapi pendekatan yang harus di pakai adalah dengan pendekatan
partisipatoris aktif, sehingga peranan semua unsur yang terlibat dalam
pelatihan sangat mempengaruhi terjadinya dinamika dan dialektika selama proses
pelatihan berjalan.
3.
Tujuan Dan Target
Secara garis
besar PKD ini bertujuan untuk membekali kader dengan kemampuan – kemampuan
praksis dengan pijakan teori dan pengetahuan Karena itu tujuan dan terget yang
harus dicapai pada fase ini adalah
a.
Tertanamnya keyakinan
dan komitmen terhadap dunia gerakan
b.
Penguasaan terhadap
prinsip-prinsip analisa sosial
c.
Penguasaan terhadap
teori-teori sosial sebagai pijakan pengetahuan untuk membaca realitas
masyarakat dan negara dalam konteks lokal-nasional dan global
d.
Penguasaan materi
advokasi dan strategi-strateginya
- Kurikulum
Sesi I : BINA SUASANA
Tujuan Peserta,
panitia dan fasilitator mengetahui semua komponen yang terlibat dalam pelatihan
sehingga dapat mengenali dirinya sendiri dan teman sepelatihannya, sehingga
dapat terbina suasana pelatihan yang penuh dengan keakraban dan kebersamaan di
antara semua komponen tersebut. Disepakatinya beberapa aturan main selama
pelatihan berlangsung, baik kewajiban, hak dan kekhawatiran-kekhawatiran yang
akan terjadi selama pelatihan berlangsung.
Pokok Bahasan 1.
Perkenalan
2. Penyusunan
Harapan dan kekhawatiran dari Peserta,
panitia dan fasilitator
3.
Citra diri peserta
4. Kontrak belajar (Aturan Main dan tata tertib PKD)
Bahan-Bahan -
Kertas kecil secukupnya
- Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
Metode -
Permainan/role palying
- Brain storming
Waktu
120 Menit
Proses Kegiatan
1.
Panitia/Fasilitator membuka sessi dengan memperkenalkan
identitas dirinya, dan meminta tiap-tiap peserta untuk memperkenalkan identitas
dan pengalaman dirinya yang dibantu dengan role playing.
2. Fasilitator meminta tiap-tiap
peserta untuk mengungkapkan harapan-harapannya selama mengikuti seluruh rangkaian
atau proses pelatihan ini serta kekhawatiran-kekhawatiran yang ditakutkan akan
terjadi.
3. Fasilitator meminta tiap-tiap
peserta untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan/ dilakukan demi tertib,
lancar dan suksesnya proses pelatihan ini;
4. Fasilitator mendorong terjadinya
kesepakatan antar peserta tentang perlunya tata-tertib pelatihan;
5. Seluruh peserta menyepakati
tentang 'tata-tertib pelatihan'.
Sesi
II : ASWAJA SEBAGAI MANHAJ
AL FIKR
Tujuan -
Peserta mampu memahami dan merekonstruksi, sejarah perkembangan
pemikiran-pemikiran Islam sejak zaman Nabi hingga sekarang.
- Peserta mampu memahami proses keunculan
pemikiran-pemikiran Islam sebagai sebuah pengetahuan (teori) dan konstruksi
global
-
Peserta mampu memahami aswaja sebagai metodologi berfikir dalam upaya memahami
ajaran-ajaran Islam dan landasan gerakan sebagai upaya untuk menemukan posisi
gerakan PMII dalam konteks lokal-nasional dan global.
Pokok Bahasan 1.
Pengaruh sosio-historis-kultural bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain terhadap perkembangan
pemikiran Islam
2. Latar belakang
ekonomi-sosial-politik pemerintahan Islam zaman awal terhadap proses
pelembagaan madzab dalam Islam
3. Aswaja sebagai manhaj al fikr
Bahan-Bahan -
Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
Waktu
240 Menit
Proses Kegiatan
1.
Moderator/fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi
sessi ini;
2.
Narasumber/fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi
ini;
3.
Dialog dan/atau klarifikasi;
4.
Disksi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
Sesi III : ISLAM DAN TEOLOGI
PEMBEBASAN
Tujuan - Peserta memahami latar belakang
kemunculan teologi pembebasan dalam perspektif amar ma`ruf nahi mungkar
- Peserta memiliki sense-gerakan terhadap kenyataan empiris dalam konteks
lokal-nasional maupun global
-
Peserta menginternalisasi dan mengimplemantasikan prinsip dan nilai-nilai
egalitarianisme dan universalitas Islam
Pokok Bahasan 1.
Latar belakang kemunculan teologi pembebasan dan perspektifnya terhadap
perubahan
2. Hakekat amar
ma`ruf nahi mungkar dalam konteks perubahan sosial
3. Nilai-nilai
egalitarianisme sebagai nilai tertinggi dalam perubahan sosial
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study Kasus
Waktu
120 Menit
Sesi IV :
PARADIGMA PMII
Tujuan Peserta memahami
paradigma gerakan PMII dan menjadikanya sebagai metodologi berpikir dan
gerakan serta dalam
mengimplementasikannya dalam perilaku , sikap dan kehidupan pribadi,
berorganisasi dan berdialektika dalam pergerakan.
Pokok Bahasan 1. Membaca
Realitas gerakan dan ke-Indonesiaan sebagai landasan epistimologi paradigma
gerakan
2. Filosofi paradigma PMII
3. Rumusan paradigma sebagai setrategi
gerakan
4. Internalisasi dan implementasi
paradigma gerakan dalam kehidupan pribadi dan berorganisasi
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
- Study Kasus
Waktu
240 Menit
Proses
Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3.
Dialog dan/atau klarifikasi;
4.
Disksi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
Sesi V :
ANALISA SOSIAL
Tujuan - Peserta memahami
realitas masyarakat sebagai landasan analisa dalam perspektif lokal-nasional
dan global
-
Peserta memahami prinsip-prinsip dan model analisa untuk menentukan strategi
dan posisi PMII sebagai organisasi pergerakan
Pokok Bahasan 1. Realitas masyarakat
2. Prinsip dan model-model nalisa sosial
3. Fungsi analisa sosial untuk menentukan
posisi dan strategi gerakan
4. Perangkat-perangkat analisa sosial
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
- Role playing
Waktu
240 Menit
Proses Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3.
Dialog dan/atau klarifikasi;
4.
Disksi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
Sesi VI : STUDY ADVOKASI
Tujuan - Peserta memahami teori dan
tehnik-tehnik advokasi
-
Peserta memahami bentuk dan macam-macam advokasi
-
Peserta memahami setrategi advokasi
Pokok Bahasan 1. Filosofi dan
urgensi advokasi
2. Macam dan bentuk Advokasi
3. Model-model advokasi
4. Advokasi sebagai setrategi
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study kasus
Waktu
150 Menit
Proses Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3. Dialog dan/atau klarifikasi;
Sesi VII :
ANALISA WACANA
Tujuan - Peserta memahami
alur dan nalar dari setiap kemunculan wacana.
- Peserta mampu
memahami tekhnik membaca wacana
-
Peserta mampu memahami ada apa di balik wacana-wacana tersebut
Pokok Bahasan 1. Teknik membaca
wacana
2. Wacana sebagai bagian dari sub sistem
pengetahuan dunia
3. Wacana sebagai ideologi
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study Kasus
Waktu
150 Menit
Proses
Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3. Dialog dan/atau klarifikasi;
Sesi VIII :
POLA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PMII
Tujuan -
Peserta mampu memahami makna strategi
sebagai cara yang harus dilakukan untuk memobilisasi kekuatan (forces
mobilization) secara efektif. Strategi mengarah pada upaya untuk memenangkan suatu pertarungan
(kontestasi).
-
Peserta memahami nilai-nilai perjuangan
PMII untuk membangun masyarakat yang memiliki kekuatan dan jejaring untuk
merancang perubahan ke arah yang lebih baik sebagai langkah untuk memberikan
penguatan kepada kader.
- Peserta memahami
pola dan setrategi ke depan PMII sebagai upaya untuk menentukan posisi gerakan
ke depan
Pokok Bahasan 1.
Filosofi dan urgensi dari pola dan setrategi pengembangan PMII
2. Identifikasi
peluang dan potensi PMII
3. Membaca alternatif peran gerakan PMII
untuk menentukan posisinya masa kini dan masa depan
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study kasus
Waktu
150 Menit
Proses
Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3. Dialog dan/atau klarifikasi;
Sesi IX :
REKAYASA SOSIAL
Tujuan -
Peserta memiliki pemahaman holistik dalam proses transformasi sosial
-
Peserta memahami prinsip-prinsip dasar dengan berbagai alternatif rekayasa
sosial
Pokok Bahasan 1.
Proses transformasi sosial
2. Prinsip dasar
rekayasa sosial
3.
Pendekatan-pendakatan dalam rekayasa sosial
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study kasus
Waktu
90 Menit
Proses
Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3. Dialog dan/atau klarifikasi;
Sesi X :
PENGELOLAAN OPINI DAN GERAKAN MASSA
Tujuan -
Peserta memiliki kemampuan untuk membaca dan membuat isue-isue setrategis
- Peserta memahami pentingnya komunikasi massa
-
Peserta memahami prinsip-prinsip serta perangkat gerakan massa
-
Peserta memiliki kemampuan untuk merangcang gerakan massa, mengelola opini,
melakukan gerakan massa dengan pendekatan setrategis
Pokok Bahasan 1. Manajemen
(pengelolaan informasi dan opini) isue
2. Isue sebagai setrategi kampanye untuk
membangun opini
3. Prinsip-prinsip
gerakan massa
4. Analisa situasi
dan pembacaan medan
5. Setrategi dan taktik menciptakan,
mengelola dan memimpin gerakan massa
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study kasus
- Role playing
Waktu
240 Menit
Proses Kegiatan
1.
Moderator/fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi
sessi ini;
2.
Narasumber/fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi
ini;
3.
Dialog dan/atau klarifikasi;
4.
Disksi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
Sesi XI : PENGORGANISASIAN KAMPUS
Tujuan - Peserta
memahami proses, prinsip-prinsip dan unsur utama dalam pengorganisasian di
kampus
- Peserta
mampu memahami dan memetakan kelompok-kelompok setrategis di kampus
-
Peserta memiliki kemampuan analisa dengan cepat dan tepat dalam merespon
isue-isue dan dinamika di kampus
-
Peserta memahami potensi dan peluang-peluang di kampus sebagi upaya untuk
menguasai kampus
Pokok Bahasan 1.
Potensi dan peluang kampus dalam perspektif antropologi
2. Prinsip pengorganisasian
3. Kelompok-kelompok setrategis di kampus
4.
Strategi penguasaan kampus
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Ceramah/presentasi
- Dialog (tanya jawab)
-
Diskusi Kelompok
-
Study kasus
Waktu
120 Menit
Proses
Kegiatan
1. Moderator/fasilitator membuka
sesi dengan penjelasan umum tentang materi sessi ini;
2. Narasumber/fasilitator
menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sessi ini;
3.
Dialog dan/atau klarifikasi;
4.
Disksi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
Sesi XII : GENERAL REVIEW
Tujuan Peserta memahami keterpaduan antara
keseluruhan materi yang telah disampaikan, dapat mereview materi-materi
tersebut sehingga mampu menemukan pijakan setrategis dalam gerakan.
Pokok Bahasan 1. Substansi dari
materi-materi yang telah disampaikan
2. Unsur-unsur kesinambungan antar materi
yang telah disampaikan
3. Urgensi PMII sebagai oranisasi
pergerakan dalam merespon segala dinamika dalam konteks lokal-nasional dan
global.
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
-
Makalah / materi ceramah
Metode -
Review keseluruhan materi
- Dialog (tanya jawab)
- Diskusi Kelompok
-
Brain strorming
Waktu
90 Menit
Proses
Kegiatan
1. Panitia/Fasilitator membuka sessi
dengan meminta tiap-tiap peserta untuk melakukan review materi-materi dan
mengevaluasi jalannya/proses pelatihan;
2. Fasilitator meminta tiap-tiap
peserta untuk menyatakan apakah harapan-harapannya terhadap pelatihan yang
dikemukakan pada saat bina suasana tercapai;
Sesi X : RENCANA TINDAK
LANJUT
Tujuan Peserta memahami PMII sebagai
organisasi gerakan sehingga terbangun sense of movement yang tentunya dengan
dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan praksis untuk bergerak.
Pokok Bahasan 1. Identifikasi
potensi, bakat-minat dan kecenderungan kader
2. Bentuk-bentuk follow up
3. Kesepakatan menagerial pengelolaan
follow up
Bahan-Bahan - Spidol/kapur tulis
- Papan tulis/kertas plano
Metode
- Dialog (tanya jawab)
-
Brain strorming
Waktu
90 Menit
Proses
Kegiatan
1.
Fasilitator meminta tiap-tiap peserta
untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan/dilakukan untuk menindak-lanjuti
pelatihan ini;
2.
Fasilitator mendorong agar terjadi kesepakatan antar peserta tentang
perlunya membuat agenda atau kegiatan bersama sebagai tindak lanjut dari
pelatihan ini;
3.
Seluruh peserta menyepakati agenda bersama tindak lanjut pelatihan.
Sesi XI : EVALUASI DAN PENUTUPAN
a.
Evaluasi
Evaluasi perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pelatihan, untuk mengukur
apakah target, harapan dan kekhawatiran terpenuhi dan terjadi selama proses PKD
berlangsung. Hal ini akan berguna sebagai
masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan pelatihan-pelatihan
selanjutnya. Hal- hal yang harus di evaluasi adalah mencakup keseluruhan
komponen yang terlibat dalam PKD, baik metodologi pelatihan, peserta, panitia,
fasilitator, pembicara, tempat, serta fasilitas dan unsur-unsur lain yang
terlibat dalam pelatihan.
b.
Penutupan
Penutupan harus dilaksanakan untuk
membangun kedisiplinan bersama di PMII karena penutupan adalah bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam metodologi pelatihan.
- Follow Up
Follow Up harus dilakukan sebagai satu pilihan untuk meneguhkan komitmen
PMII sebagai organisasi gerakan serta untuk membangun kesinambungan antar kader
dan tetap berjalan sebagaimana kesepakatan dalam pembahasan follow up di
PKD. Selain itu juga sebagai media untuk
melakukan pendalaman materi dan mempraktekkan materi-materi yang didapatkan
selama pelatihan. Dalam Follow Up berbentuk kelompok-kelompok kecil (small
group) yang beranggotakan antara 5-10 orang agar memudahkan fasilitator untuk
melakukan pendampingan secara intensif. Pengelolaan dan managerial small group
ini harus diserahkan langsung kepada
peserta sebagai media untuk uji coba terhadap keseriusan dan tanggung jawab
baik dalam konteks pribadi maupun organisasi.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan sebagai follow up PKD yang
memungkinkan juga sebagai bentuk uji coba terhadap small group:
1.
Kegiatan-kegiatan insidental, seperti :
a.
Bakti sosial
b.
Penyikapan terhadap isu-isu di kampus
c.
Dll
2.
Berbagai pelatihan-pelatihan
Pelatihan-pelatihan ini akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
Post a Comment