Unknown

Bagai harus melangkah tanpa tujuan
Melepaskan harapan seperti daun jatuh dari pohonnya

Saat Kau tak ada, aku hanya diam, diam untuk kembali mengingatkan hati

Kau tak ada, aku yang menganggap nya begitu
Begitu jauh dan semakin jauh

Aku tak bisa, tak akan pernah bisa mendiamkan sepiku
Hening dan tanpa jeda, melewati kesunyian yang nyata
Dan disana aku menemukan dunia yang tak aku pahami

Tentang Hati Yang Lelah

Ingin kuceritakan banyak padamu
Tentang bagaimana aku berjalan hari ini
Melewati desir desir keputusan
Keputusan keputusan yang berujung keputusasaan

Tapi semua itu kelu, tidak ada kata
Aku lebih percaya pada angin jalanan, membawa ceritaku bersama debu2 dan mengantarkan nya dengan bahasa yang tepat padaMu

Aku lebih memahami arti menyerang, dari pada harus bertahan dengan kekalahan kekalahan
Jalan ku, semburat tak tentu arah
Aku lumpuh
Aku buta
Tapi Aku rindu

Dari sekian kenyataan, aku anggap semua adalah ketidakpastian
Hari ini dan esok tetaplah sama, sama sama akan menjadi cerita

Aku tak berharap, karena aku tak tau harapanku, Bagaimana aku bicara padaMu, jika Kamu adalah hatiku

Aku menunggu untuk di rindu,

Unknown

Pada siapa aku harus bernyanyi
Bintang yang tak kunjung padam
Kau membenamkan wajahmu di angan
Diam, merenung senyap

Biarkan bayangmu kembali
Memeluk ku dengan kosong
Bagai bidang datar tak bertepi
Dan sepertiga nya adalah namamu

Biarkan berderap lancang
Menancap kenangan hilang
Diam di dasar, hilang, kau ku kenang

Unknown

Cukup hari ini

Aku merasa adil melihat senyum itu
Banyak waktu tak bertemu
Bertegur sapa menanya kabar
Hanya harapan yang terus membumbung

Lelap di dalam malam
Terngiang wajah yang tak datang
Merelakan hati mengiba
Menerimanya untuk hadir kembali

Tak kuasa bernada
Lembut bergelombang menghempaskan lara
Tepat berirama dalam seka rindu sunyi
Aku, tak ada

Unknown

Aku bingung menyimpan rindu
Menyesakkan sudut sudut rasa
Kau boleh tertawa cinta,
Untuk sekedar mengingat rindu yang pernah ada

Unknown

Dikala senja menepi
Saya berharap rindu itu sirna
Nyatanya aku tak kuasa membendungnya
Sampai detik menit berlalu
Masihkah sama, dia menjelma di angan

Bukan bintang yang aku tunggu
Menemani pekat malam
Tapi kesunyian yang lantang
Menyatakan dia adalah sunyi

Aku menghela nafas panjang
Berharap logika menjamah ku
Nyatanya yang datang adalah sesak
Sesak, karena aku berharap pada yang tak aku tau

Setelah sekian lama berlari, dan mencari residu yang tertinggal dibeberpa persinggahan, tak akan bisa lagi kau meyakini sebuah kehidupan, kehidupan yang akan membawamu pada penantian yang tak berujung, karena takdir cintamu adalah bagian darinya dari sebuah keputus asaan dan kekalahan,,,

tanpa sebuah kesungguhan dan keyakinan, yang akan selalu membuatmu bertanya tentang masa depan, apa itu dan bagaimana? tidak akan ada satu jawabanpun yang akan mengurainya, karena jika takdir cinta datang, jarang sekali logika bisa mengurainya, dan menempatkan akal pada dimensi seharusnya.

Harusnya kubiarkan saja semua berjalan, tanpa harus sadar dan mengerti tentang sebuah hal yang terhitung dengan jeli, disisinya hanya nampak sebuah pengharapan dengan logika kehidupan yang sama, tapi tak sedemikian dengan matimatika kehidupan yang berjalan diwaktu yang lalu, yang kepastianya kadang mengalahkan logika dan hati, karena bukan ilmiah tapi in adalah alamiah,

Apapun itu, harusnya kau mengerti tentang sebuah hal kemanusiaan yang tercipta dengan kesempurnaanya, yang akan menggapai semua yang diinginkan dalam bingkai kemungkinan, dan harusnya tak adalagi jalan yang harus dipilih kecuali semua mengalir dari sebuah penyatuah, hatimu, fikirmu, jiwamu, dan ragamu.

Dimanakah lagi akan kau cari, apalagi, bahkan tak adalagi keyakinan yang lain, dan semua pada waktunya akan mati juga, tapi itu bukan alasan kau meninggalkan setiap goresan tinta kehidupan, atau meleburkanya dalam keheningan yang tak berujung.

tak usahlah kau sesali tentang semuanya, bila waktunya tiba langitpun akan mengiba, dengan membiarkan air matanya menetes di wajahmu, menghapus air matamu dan menyejukan kegersangan dalam jiwamu.

Kapan lagi kau bisa torehkan mimpi itu, kapan lagi kau hadirkan senyuman itu, dan kapanlagi kau akan menempatkan dirimu pada keagungan Cinta-Nya.

Di batas batas keraguan

Kala langit mendung
Bersiap menjatuhkan cintanya
Angin berhembus
Memupus semua harapan

Membawanya kembali melewati samudra
Menghampiri para nahkoda
Memberinya mimpi mimpi
Memangkas keraguan yang jauh dari daratan

Melipat senyum di atas termenung
Menengadah pasrah
Jiwa jiwa yang tersandra pilihan
Berjatuhan memeluk bumi basah

Lembut semilir angin
Menerpa wajah yang mulai gelisah
Dia adalah bulan desember
Terakhir untuk membuat permulaan datang