Masih ingat ada teman saya dulu tidak sengaja bertemu di bank, dengan pakaian yang rapi, kekinian lah pokoknya, nah saya cuma dengan sarung dan kaos oblong rombengan.
biasa teman lama yang tidak bertemu pasti kita tanya tanya kabar, tinggal dimana dan aktivitas apa, aku mulai grogi saat ditanya sudah lulus apa belum, belum jawab saja dia udah bilang kalau sedang proses tesis, nah ini aku apa skripsi saja lupa jalan ke kampus ha ha
Sambil enteng dia bilang, "kamu ngapain aja selama ini? Kayaknya dulu kamu tak lihat orang yang rajin, aktivis lagi, lah sekarang kok mbelendes, kayak gak ada masa depan gitu?"
Nah emang aku begini ndak bisa macam keren kayak kamu, penuh prestasi dan masa depan cerah, saya ketawa nyengir

"Diselesaikan ya kuliah nya, biar gak kayak pengangguran gitu" cuk, dalam hati saya menggerutu, sombong benar ini orang
Aku senyum saja dan pamit keluar dulu.

Setelah beberapa tahun berlalu, kira2 dua tahunan ini tidak sengaja ketemu waktu saya main ke kantor teman saya. Saya tanya dia bagaimana kabar? Di bilang alhamdulillah baik sambil perlihatkan muka masam, kamu ngapain disini? "Saya marketing disini" lebih muram lagi wajahnya.
Saya jawab, alhamdulillah luar biasa ya sekarang, udah s2 udah kerja juga sekarang.
Wajahnya makin muram lagi, saya segara beranjak ke teman saya, takut dia makin tersinggung kalau saya ajak bicara, saya hanya bilang, semoga lancar ya marketing nya, laku semua kavlingnya, kalau harga cocok saya ambil dua ya"

Unknown

Aku tak bisa diam disini
Mendiamkan semua yang terjadi
Bukan aku tak terima
Tapi memang naluriku untuk memberontak

Aku melangkah
Terarah, pasti melejit
Jauh disana, di ujung jalan abadi
Semoga ada sisa mimpi

Aku berjuang di atas bara api
Aku menerjang gelap
Aku sendiri
Aku adalah satu

Hujan adalah tentang cinta
Bagaimana sang bumi menerima dengan rela
Cinta hujan pada bumi tidak lebih dan tidak kurang
Sesering dan sekeras apapun itu tetap cinta

Dengan hujan bumi akan menumbuhkan buah cintanya
Memeberikan jalan hidup untuk banyak mahluk hidup
Menyemai yang kering
Menumbuhkan yang mati
Meneduhkan yang panas
Menyuburkan yang gersang

Ah, kadang manusia saja yang kemenyek
Mereka gak tau cerita indah hujan dan bumi
Mereka adalah pecandu rindu
Yang setiap waktu ingin bertemu

Dasar manusia, mengada kalau hujan itu buat banjir
Yang buat banjir itu ulahmu
Kau rusak bumi
Kau tanami beton beton
Kau tak pikirkan kemana sumber kehidupan harus berjalan

Air, bingung dengan jalannya
Yang dia tau hanya mengalir
Terus mencari tempat yang lebih rendah
Tapi, Bagaimana jika jalan mereka tak ada?

Ku nahkodai hidupku
Untuk mengarungi lautan kehidupan
Banyak jarak sudah kutempuh
Banyak cerita yang terlalui

Tapi, tak satu titik pun membuatku berpaling
Hingga kemudian aku melihat senyum itu
Senyum dengan ketulusan
Bukan dengan susunan ketidakjujuran

Aku masih bersitegang, meyakinkan diri
Itu hanya senyum, bukan harapan yang patut di perjuangkan

Dan sampai saat ini, tidak ada lagi senyum itu

Kau datang di tengah simpul simpul
Menghadirkan pelangi senja
Menyirami mawar mawar di angan
Bersemai tanpa duri,
Aku, tak pernah terpikat dengan pelangi
Tapi, bagiku warna tetap indah
Membangun harapan harapan
Aku berkesiap menerjang

Kau terdiam, tetap bertahan
Di belakang kau menyimpan badai dengan sejuta senjata sayat nya
Aku menghela, memberi jeda untuk bertanya

Kau jawab dengan lantang, aku bukan lah bintang, terhalang langit langit dan rotasi galaxy
Aku terima, lepas etika dan lari bersama senja  SJ