Kamu tak akan paham,

Suatu ketika malam yang dingin di tambah hujan yang tidak kunjung reda menyapa kota ini, hari itu aku mengantarnya untuk mengunjungi salah satu klien di pedalaman daerah ini, jauh perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam, sampai pada lokasi hujan turun, dan itu berlanjut sampai pulang tiba, sepanjang perjalanan hujan turun, walau tidak begitu deras tapi cukup membuat basah sepatuku, wajar karena masih ada jas hujan menempel.
Ahirnya sampai juga kita di kota, dan mengantarnya sampai pada dia menitipkan motor tadi sebelum berangkat. Setelah dia berlalu masuk ke kantor itu, saya beranjak kira2 50 meteran dan lokasi, sambil berdiam di pinggir jalan, sebatang rokok pun menjadi teman, hingga ahirnya sekiranya 30 menitan berlalu, dia juga belum terlihat keluar untuk pulang.
Sebenarnya saya tidak mencemaskan dia disana, yang saya pahami, baju yang di pakai itu basah, bisa bikin masuk angin kalau tidak ganti baju yang kering, dia juga masih sedikit sakit flu beberapa hari ini,  belum lagi besok harus kembali dengan banyak kerjaan dan kegiatan yang harus di lakukan
Waktu pun berlalu, dan saya harus bergegas pulang, karena jam menunjukkan hampir jam 24:00 sementara besok pagi harus keluar kota, dengan berat hati saya pulang dengan harapan dia baik-baik saja

Labels: 0 comments | | edit post
Unknown

Kadang, seseorang perlu mengorbankan dirinya sementara. Untuk memberikan klarifikasi pada isu yang sedang berhembus, untuk membuktikan itu perlu di blow up dulu, baru kemudian terurai oleh keadaan

Dan, pada ahirnya semua akan selesai, dan pengorbanan menjadi pensuci diri dari segala fitnah dan prasangka.

Insyaallah saya paham mbah,

Apa kau ingin menjadi mereka?

Dimana dirimu
Terhempas pada sudut kehidupan fana
Menapaki jalan jalan pengakuan
Mencari serpihan serpihan cinta

Apa tak kau temui
Dia, yang berdiam di hatimu
Di ruang ruang sepimu
Di ujung jalan panjang mu

Kau, adalah seonggok cerita
Didepan cermin mimpi
Bagai bunga bunga tanpa taman

Lalu, sampai mana hati ini bicara
Cerita yang kita punya

Aku dan seremonial mu

Tentang kebisingan kebisingan itu
Tentang ramai orang dan kebersamaan
Tentang waktu dan pengorbanan

Hampir aku lupa,
Tentang Hati hari yang kau janjikan

Malam, tak akan biasa tanpa gelap
Tentang bintang bintang dan angan
Hujan dengan butiran air
Angin dengan deru lembut daun daun

Tanpa sekat
Terhanyut dalam delapan
Tak ada cita, hanya cinta

Separuh waktu dan separuh jalan
Kembaliku padaMu
Rindu

Sore ini, seperti biasanya masih di lokasi proyek yang saya kerjakan, rasanya disini damai dan sejuk, karena memang jauh dari kota
Aku mencoba naik ke dak yang baru di cor minggu lalu, aku amati apakah sudah sesuai dg spektek apa belum, dan saya pastikan dak yang baru ini sudah kering.
Perlahan aku mulai mengeluarkan sebungkus rokok dari saku, saya ambil satu dan mulai menyalakan rokok itu, perlahan ku hisap, sambil melihat pemandangan dari lantai dua bangunan ini, yang terlihat hanya hamparan hijau perkebunan warga, jauh disana gunung yang pernah ku daki, gunung semeru berdiri dengan gagahnya

Perlahan pandangan ku mulai teralihkan oleh nenek tua bersama cucu perempuan sedang membawa kayu kering untuk jadi kayu bakar, aku melihat semangat dari cara beliau berjalan, entah berapa usianya.

Ah, suatu saat nanti aku juga tua, kalau tuhan mengizinkan untuk menua, lantas dengan umur ku yang hampir setengah abad ini apa yang sudah saya lakukan?

Ahirnya mata ini mulai berair, dan kemudian mulai berjatuhan air mata ini, mengingat berapa waktu yang terlewatkan, belum pernah ada sumbangsih nyata hidup ku untuk indonesia dan untuk kemanusian

Aku, hanya hidup penuh ambisius, ego sentris, bodo amat dengan orang lain, yang penting hidup ku baik2 saja.

To be continuous

Unknown

Saya tidak tau persis
Dia apa bukan, yang ku rasa Dia
Datang malam itu
Tak menampakkan keseluruhan
Tapi bagiku itu indah,
Aku meyakini

Suatu saat nanti

Labels: 0 comments | | edit post

Kau akan tenggelam dalam ego
Yang kamu cari kebenaran
Sering kau paksakan
Kau pikir itu idealisme?
Kau tak punya ide, gagasan pun tidak ada

Semakin jauh kau menangkap pengetahuan kulit
Semakin jauh pula kau angkuh
Kau menyucikan bangkai yang kotor
Kau kultuskan dirimu
Kau pula sendiri

Kau minta orang lain menuankan dirimu
Minta terus dilayani
Kau minta terus di hargai

Tuhan, kau mendekati tapi kau jauh
Kadang juga kau menuhankan dirimu
Kedekatanmu, kau anggap sebagai kesucian
Berprasangka orang lain kotor, najis penuh dosa

Kau, ini manusia apa bukan?

Unknown

Biar ombak nya berderu
Menerka karang

Biar anginnya berhembus
Menyapa daun daun

Semua terjadi sebagaimana semestinya
Semua pilihan adalah tentang kebaikan
Dan pastikan ada dalam setiap bait doa