Seorang pemuda sambil tergopoh-gopoh menghampiri pohon besar di belakang rumahnya, sampai dibawah pohon dia berlutut

"Wahai pohon, dimana lagi kau sembunyikan potongan permainan tuhan ini?"

"Pemuda yang budiman, alangkah lucunya jika kau tanyakan permainan yang sama sekali tanpa peraturan dan alur, berdirilah dan kembali kerumah, berdirilah depan kaca dan lihat dirimu dengan seksama, kau akan tau, apa itu hidupmu"

Labels: 0 comments | | edit post

Oleh Ma’mun Syaikhoni*
Nampaknya apa yang ditakutkan Bung Karno benar-benar terjadi pada bangsa bangsa Indonesia saat ini. Banga Indonesia telah menjadi bangsa buruh dan bangsa yang kehilangan jati diri. Bahkan menentukan masa depan bangsa sendiri tidak menentu, perpolitikan tidak sehat mewarnai jalanya pemerintahan dinegeri ini. Ketimpangan ekonomi dan sosial terjadi dimana-mana dan yang paling mengerikan adalah saat pendidikan hanya digunakan sebagai pencetak para buruh dan budak.
Dewasa ini perkembangan pendidikan mulai dirasakan, tapi pemaksaan dalam tubuh instuisi pendidikan semakin marak, bahkan tidak lepas dari system pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa malah menjadi mesin penghancur bangsa sendiri.
Degradasi nilai keindonesian saat ini telah melebur keseluruh lini kehidupan, mulai maindset kehidupan, politik, ekonomi, bahkan setiap tindak tandu masyarakat di Indonesia. Pemaksaan nilai impor sangat dirasa sebagai hal yang harus ditiru dan dikerjakan oleg sebagian besar bangsa ini, bahkan ini menjadi nilai yang sangat wajib untuk dilakukan dan diterapkan dalam system pendidikan. Bahkan dengan adanya importifikasi kebudayaan berpendidikan dari luar bangsa Indonesia sering menganggap hal yang benar dan hal yang harus dikejakan tanpa berpikir bagaimana cultural dan komposisi banbsa ini. Bahkan sebuah instansi pendidikan rela menjual anak didiknya untuk dijadikan korban memaksaan budaya pendidikan impor, guna menyokong dana untuk keberlangsungan instansi tersebut. Bukan hanya itu saja sebenarnya yang dirasakan bangsa Indonesia saat ini, berbagai macam bentuk pemunduran nilai-nilai kebudayaan kita semakin parah. Semua aspek telah teracuni, bahkan gaya hidup dan bahasa yang kita lakukan sehari telah terkontaminasi oleh bahasa asing. Di instansi pendidikan yang seharussnya memperhatikan pendidikan berbudaya dan berbahasa malah mempelopori penggunaan bahasa asing yang mereka anggap sebagai bahasa ilmiyah, padahal bahasa tersebut tidak menunjukan keilmiahanya. Setiap even apapun mereka selalu mencantumkn bahasa asing yang menurut mereka keren dan bahasa orang berpendidikan, tapi dalam hakikatnya mereka semakin menunjukan kebodohan dan pembodohanya terhadap orang disektarnya. Krisis kebudyaan di instansi pendidikan inilah yang akan menyebabkan tergerusnya bahasa dan budaya local yang arief dan santun. Bukan hanya demi gengsi dan menunjukan kita sebagai orang terdidik terus semaunya saja memaksakanya kepada orang lain.
Sehingga pemaksaan dalam system pendidikan semakin terasa, dan akibatnya pendidikan tidak sejalan dengan pengertian dan tujuan pendidikan, pendidikan adalah aktivitas sosial dalam pencarian , pengembangan, dan penemuan pengetahuan, yang didalamya digunakan symbol-simbol sebagai wahana mengomunikasikan sebagai bentuk gagasan, ide, dan pengetahuan.
Dekandensi dan degradasi jati diri bangsa semakin meraja lela, bahkan menganggap nilai luhur kebudayaan kita sudah jadul dan tidak layak lagi untuk digunakan, sehingga nampak jelaslah penghapusan-penghapusan nilai kemanusian Indonesia. Dengan begitu tak ubahnya pendidikan sebagai sebuah proses pembodohon dan penghancuran generasi penerus bangsa. Dalam proses pendidikan saat ini yang mengatas namakan idiologi yang tercerahkan mulai menanamkan idiologinya kepada bangsa ini dan mengubah maindset anak didik dari orientasi berpegetahuan menjadi orang yang terseting oleh symbol-simbol dan kultural, sehingga masa depan hanya tertuju pada individualis, demi harta, wanita dan tahta. Sudah dapat dibayangkan bagaimana kehidupan dan keberlangsungan kehidupan ini jika hal yang demikian tetap dijalankan dan dipaksakan pada dri bangsa ini. Kehancuaran dan kehinaan Nampak sangat jelas nampak lurus didepan mata jika tidak diadakanya revolusi dalam setiap lini yang mempengaruhi khidupan bangsa ini.
Imporisasi budaya sangatlah mahal, dan kemahalan yang kita keluarkan tidak semuanya dapat kita rasakan manfaatnya, hanya sebagian yang berperan demi kemajuan dengan tanpa hati nurani, menganggap iportifikasi adalah hal yang wajib dan komuditi yang bisa diperjual belikan.
Lewat beberapa hal yang mengatasnamakan globalisasi pendidikan para eksporter budaya mulai memasukan budaya mereka, dan bangsa kita cenderung untuk mengikuti dan mempraktekan, sehingga nampaklah kita sebagai pengikut dan tunduk akan apa yang telah digariskan mereka, dengan demikian pola tujuan pendidikan kita yang asli dari rakyat mulai tebunuh dan tidak dihargai di masyarakat. Semua setandarisasi di dasarkan pada setandar luar negeri, semua yang tidak standar luar negeri segera mati dan terkubur, tiada harga yang pantas untuk produk negeri. Dengan demikian semakin jelaslah kalau bangsa kita sebagai bangsa pengikut dan cenderung berprilaku layaknya babu.
Oleh karenanya dengan segala upaya pencapaian nilai luhur kebudayaan kita serta kembali ke fitrah kita sebagai seorang akademisi yang bukan hanya mengejar materi belaka, maka sudah selayaknya menjalankan tugas tridarma kependidikan yaitu: belajar, penelitian, dan pengabdian. Dah tiga hal didepan sudah sangat jelas fungsi dan tugas kita.
Perlu digaris bawai sudahkah kita melaksanakan tridarma pendidikan tersebut? Saya rasa untuk belajar sudah, tapi untuk Penelitian yang mana? Dan pengabdian yang mana? Apakah pengabdian waktu kita KKN atau PKL itu pengbdian? Memang itu pengabdian, dan kebanyakan pengabdian tersebut adalah hanya formalitas belaka? Tapi itu hanyalah bagian yang sangat kecil. Eksistensi kita sebagai mahasiswa memiliki pemikiran kritis, inovativ, pikiran bebas, daya kreativitas, daya nalar,sikap mempertanyakan, sikap terbuka, sikap argumentative, dan sikap dialogis telah terbunuh dengan halus oleh symbol-simbol pendidikan di Negara ini yang sarat dengan imporisasi dan hegemoni kekuasaan. Dan dengan segala kemampuan yang kita punya mari bersma kita gunakan fungsi kita, agen of change, agen of control, kita rubah, kita control, apa yang sebenarnya yang cocok untuk bangsa kita. Sebagai seorang akademisi seharusnya kita berfikiran kritis dan berfikir besar demi harkat, martabat, kesejahteraan, dan jati diri bangsa.
Dengan berpegang teguh kepada nilai kearifan budaya dan agama kita, mari kita gunakan sebagai filter atas importer-importir budaya yang sebenarnya tidaklah seumua cocok dengan bangsa kita. Penempatan suatu hal akan sangat bermanfaat apabila hal tersebut sesuai dengan tempat dan kebutuhanya,sehingga tumpang tindih dan simpang siur tidak terjadi di setiap aspek, yang merugikan bangsa kita, baik secara moril ataupun materiel.
Sudah selayaknya kita bersatu untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa kita serta mewujudkan bangsa kita sebagai bangsa yang mempunyai jati diri, bangsa yang memanusiakan manusia, dan bukan lagi menjadi bangsa buruh, bangsa pengikut, dan bangsa yang tertindas.
*Ma’mun Syaikhoni
Mahiswa Syari’ah UIN Malang 2010
Email: chimoe92@ymail.com

Labels: 0 comments | | edit post
Pada suatu pagi yang cerah, seorang bintara setan baru saja lulus dari akademi politik penggodaan manusia, dia semangat sekali dengan jabatan barunya.
Menghadaplah ia ke komandan untuk menerima tugas
"Tugasmu mulai hari ini di senayan, gedung DPR RI, jerumuskan semua yg disana, dan point besarnya adalah para anggota dewan yg terhormat" perintah dari atasan
"Siap komandan, laksanakan"
Bergegaslah dia kegedung dewan, dia mulai memilih dan memilah mana yang akan digoda dahulu dari 560 anggota dewan, sekian lama memutari seluruh ruangan dia bingung, dewan ini tergoda dengan proyek ini, dewan itu dengan proyek itu, dan dewan ini tidur saja dikantor.
Ahirnya dia putuskan untuk ngopi saja dikantin, dan tugasnya sudah beres semua.
Dalam istana yang megah di sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawe, tempat dimana puteri yg cantik jelita, anggun, dan sangat mempesono bagi siapa saja yang memandangnya.
 
Disuatu hari sang puteri mengalami kejenuhan di dalam istana, kaburlah ia di seberang hutan jauh dari istana, dan ahirnya sang puteri diculik oleh segerembolan penyamun, dirampas semua apa yg dimiliki, termasuk segala yg melepas ditubuhnya, tapi ia berhasil menyelamatkan diri, sampailah disebuah sungai yg airnya jernih sehingga nampaklah siapa dirinya dalam bayangan air, tanpa mahkota, tanpa pakaian kebesaran dan tanpa istana megahnya.
Dia berujar "aku hanya seperti manusia biasa yg lainya"
Unknown
Dalam bayang gelap
Kesunyian adalah teman
Hampa adalah isi
Bagaimana bisa aku membenci
Jika langit masihlah sama

Tak akan berandai
Berdikari memeluk mimpi
Luluhkan hati yang pembenci
Hingga malam kunjung menepi

Sayu dalam sajak
Menyeka waktu
Terhunus kejujuran
Aku dan semua bintang

Jadi bagaimana cahaya memudar?
Karena cinta yg tak peka
Atau karena angkara menerka
Semua diam semua sirna, kita
Salah satu aktivitas familiar ketika liburan saya, kalau tidak naik gunung ya kepantai, atau tempet sejenisnya. Apa se ok.nya liburan di alam bebas? Bagi saya liburan bisa dimana saja, tetapi alam bebas tetap prioritas. Tidak perlu banyak alasan, alam bebas adalah tempat terbaik untuk menyegarkan otak dan tubuh kita, dimana kita bisa mendapatkan oksigen yg bersih, air yg murni, panorama yg indah, pokoknya amazing lah.
 
Dengan menyatu dengan alam kita bisa berfikir tentang banyak hal dengan nyaman, berapa banyak alam berkontribusi buat manusia, seberapa agung kekuasaan tuhan, seberapa kecil diri kita, dan seberapa jauh kita bisa mendekatkan diri pada tuhan.
Yah, mungkin ini yang saya rasakan beberapa hari terahir, ketika semua menjadi sensitiv dan mrnjadi sangat mendetiel untuk menentukan sesuatu. Terlepas dari makanan, bau-bauan, bentuk, bahkan gambar sekalipun.
Belum teruji secara pasti, entah ini sebagai sebuah respon atas kondisi tubuh atau karena hal lain sehingga sampai dimana sebuah titik sensitif indra kita, dalam kondisi seperti ini kita hanya bisa bertanya mengapa semua itu bisa terjadi sedemikian rupa. Bayangkan saja, bagaimana anda bisa enggan melihat sebuah foto, padahal sebenarnya sebelumnya anda nyaman saja memandangnya, dan saat ini ketika saya memandang menjadi hal yang sangat tidak saya inginkan. Begitu juga dengan makanan, semua menjadi tidak enak, baunya saja membuat saya ingin muntah, padahal hari sebrlumnya itu makanan nikmat sekali.
Terlepas dari itu juga tentang perasaan, menjadi sensitiv, perasa, apapun tindakan sering berakibat pada kondisi perasaan, entah itu merasa bersalah, merepotkan, atau mengganggu.
Hal di atas hanya sekedar asumsi belaka, opini yang belum tentu kebenaranya, tetapi saya mencoba mrnarik kesimpulan dengan analogi kenapa manusia harus berpuasa, baik puasa wajib, sunah, atau puasa ritual lainya. Dalam asumsi saya puasa bukan hanya menahan lapar brlaka, tetapi dalam puasa akan mengkonversikan kondisi tubuh pada sutu titik dimana kepekaan akan jauh meningkat, kejernihan pikiran, dan juga hubungan kita dengan Tuhan. Sehingga apa ketik kita brpuasa kita akan semakin paham dimana hal-hal yang pantas dilakukan dan man saja hal yang sebenarnya harus kita tinggalkan, kita akan mwnjadi senakin matang dalam kepribadian, dan semakin mantap dalam menjalani kehidupan ini.
Semoga
Unknown

Tertahan disudut kamar
Sendiri tertegun
Teman adalah rasa sakit
Melemahnya fisik dan batin
Terdepak dari dunia nyata

Dan ku tau pasti, Kamu menemani hatiku.

Beberapa hari ini tubuh saya harus benar-benar di istirahatkan total, pasalnya sejumlah penyakit datang bertubi-tubi, mulai dari flu, batuk, radang tenggorokan, demam, sampai diare akut, hingga kalah lah sistem imun tubuh ini. Mungkin ini adalah beban berat yang harus tubuh ini terima karena kesalahan saya pribadi.
Pasca kerja rodi hari sabtu dan munggu kemaren, diterpa dengan panas yang ekatrim, malam kurang tidur, makan pun tidak teratur. Pasalanya hari senin tubuh saya masih merasa baik, dan bisa melewati semua, tapi berubah ketika hari selesa saya paksa dengan hanya dua jam tidur, alhasil setelah tidur agak sore, bangun2 badan sudah seperti ada yg gak beres, besoknya benar saja tubuh menggigil dan panas tinggi, hari berikutnya giliran diare yg menyerang, bahkan dalam hitungan jam saya harus bolak balik kamar mandi.
Banyak sudah obat yang masuk, tapi nampaknya belum ada yg bisa menyembuhkan, sementara ini sembari menahan rasa sakit hanya bisa termenung mensyukuri nikmat tuhan yang diberikan pada kita
Banyak pelajaran dari kejadian ini, tubuh kita ada batasanya, dimana dia harus dupaksa, dimana dia butuh asupan sehat, dan dimana dua butuh di istirahatkan. Jadi sekali-kali lihtlah tubuhmu, dia sudah bekerja keras untuk ambisimu, maka perlakukanlah dia dengan senestinya, karena kita juga tau hari esok nasihlah berat untuk ditahlukan bersama tubuh yang selalu setia dalam kindisi bagaimanapun.

Semoga lekas baik, mari kita lanjutkan petualangan ini body.

Meluangkan waktu sejenak untuk kembali melihat diri kita sendiri, baik secara fisik ataupun secara batin, semuanya memberikan kesan bagaimana juga dengan cara kita melihat diri yang lain.
Dalam kehidupan fisik, tubuh kita mempunyai komleksifitas yang tinggi, tersusun dari segala elemen dan segala macam bentuk beserta fungsinya. Secara mendetiel kita harus faham bagaimana seharusnya kita memperlakukanya.
Perhatikan dan rasakan setiap inchi dari bagian tubuh ini, bagaimana begitu luar biasa dan sangat msngesankan, semua tersusun atas karya indah Tuhan.
Maka sudah menjadi barang wajib kita untuk msnjaga dan merawatnya, mulai olah raga, makan sesuai kebutuhan, dan istirahat yg cukup.
Lakukan semua dengan sesuai porsinya, kerjakan dengan segenap kesungguhan, dan pastikan kita juga memberikan reward pada fisik kita ketika selesai dalam sebuah misi hidup yg kita jalankan bersamanya.

Banyak waktu yang akan terlewati, tanpa momen pasti, kadang semuanya berlalu begitu saja, sampai kita sadar semua telah bersemayam jadi kenangan.
Sulit memang, menerka keadaan, sampai kita tahu batas masalah dan bagaimana kemampuan kita bisa mengatasinya. Terlampau manis atau pahit itu hanya soal rasa, semuanya bisa kita buat dengan bahasa verbal yang kita miliki.
Observasi adalah harga mati, kita musti tau diri dimana kita berada, mengapa dan bagaimana, jika itu kita gagal menahami maka fatal lah semua.
Banyak anugrah dalam kehidupan ini, tak terperinci, semuanya indah, semuanya bermanfaat, sampai kita termenung kembali apa yang akan kita gunakan, untuk apa anugrah ini.

Lepas topengmu, berjalanlah pada jalan kemerdekaan.