Melawan Adalah
Melawan adalah cara ketika hidup dalam tekanan
Melawan adalah ketika keadilan tidak diterapkan
Melawan adalah ketika kedholiman merajalela
Melawan adalah ketika kalah bukan pilihan
Melawan adalah ketika kenyataan tidak sesuai nurani
Mrlawan adalah ketika kekuasaan membuahkan tiran
Melawan adalah ketika peraturan tak berkemanusian
Melawan adalah ketika manusia belajar menjadi tuhan
Melawan adalah ketika diri ini tak sadar diri.
Seorang anak bertanya pada Bapak: Bapak, kenapa dengan kuliah rasanya saya tidak diajak betul menjelajahi realitas hidup kita sebenarnya? Realitas hidup yang melahirkan saya dan temen-temen mahasiswa saya? Kenapa dengan kuliah saya hanya terdorong menjadi birokrat? Menjadi pegawai? Menjadi budak kapitalis? Kenapa dengan kuliah seperti mengakomodasi juga hasrat-hasrat feodalistis untuk menjadi priyayi, menghamba setatus dan pengakuan diri, pemimpi kedudukan, jabtan, dan kekuasaan? Kenapa setelah kuliah dikota saya merasa mundur dan turun tingkat ketika kembali kedesa, Bapak, sebenarnya kuliah ini untuk apa? Apa untuk melanggengkan penindasan? Bapak, dari mana kuliah ini berasal, dan siapa yang punya universitas yang katanya untuk memperbaiki hidup ini Bapak?
Bapak, saya tidak ingin menjadi epigonis sejati.
Tulisan ini, disadur dan digubah dari tulisan CN di buku, Indonesia Bagian Dari Desa Saya
Karena tempo waktu telah berlalu,
tanpa ada jeda tertinggal
kemudian berganti dengan detik yang tak bisa dipaksa
walau hanya sejenak tak akan bisa
akan tetap berjalan, mengalir lembut
sampai detik yang ditunggu berhenti
tak akan sejenak, berpindah, dan memulai dengan waktu dan dimensi yang baru.
memilih yang datang untuk bertahan, datang sebentar kemudian pergi, dan bahkan tidak sama sekali. dalam kedatangan semua ada tujuan bukan karena sekedar kebetulan, kemudian nasiblah yang kadang mempertahankan atau akan menuntunya untuk segera beranjak
kemudian dalam perkembangan peradaban, perubahan adalah harga mati, dia berjalan dinamis dan dalam setiap lekuknya menciptakan tatanan kebenaran yang dalam dua aspek dikatakan menjadi sebuah kebenaran teoritis dan sisilain adalah kebenaran praxis. oleh karenanya semua kemungkinan bisa terjadi dan yang menjadi kebenaran adalah dia yang bisa melewati proses-proses kebenaran yang distandarisasi.
Malang, 11 maret 2016
Semua terasa sama, baik adanya
Termasuk dalam lamunan, semua terasa nyata
Mungkin salah dalam instingku, tapi logika tak akan membodohkanku
Aku tau aku lemah, aku tau aku akan kalah
Tapi sudah jauh wakty aku memandang, bahwa telah kusiapkan diri ini untuk menerima segala kenyataan.
Terimakasih untuk hujan yang terkenang, tertunggu senyumu
"Banyak yang bersikap baik pada kita lebih dari saudara, dekat seperti orang tua, tapi mereka lupa untuk menampar kita disaat kita salah, lalu ahirnya begitu saja pergi karena kita yang gagal memahaminya, kemudian meninggalkan cerita sepotong bahwa kita adalah orang yang tak layak untuk tau apa yang tak kita dipahami"