Ada banyak tatapan wajah disini, iya disini di atas bis umum, masih dengan nuansa naik bis lagi.
Hari ini kembali terulang, karena mendesak saya harus balik lagi ke Malang, tentunya dari mojokerto harus dua kali naik bus, ada hal yang berbeda hari ini, dua bus yang saya tumpangi kondektur nya adalah seorang malaikat ta bersayap, alias ibu ibu, di tengah panas dan sesaknya bus, menyelinap sambil mencari penumpang yang baru naik, peluh berjatuhan, duh luar biasa sekali ibu ini, pekerjaan yang biasanya di Isi kaum adam gini mulai di jamah mak mak, tapi bukan itu. Yang saya lihat adalah kegigihan perjuangan mereka, pekerjaan ini tidak mudah, dan tentunya butuh banyak pengorbanan.

Apapun itu, dalam dunia angkutan banyak roda ekonomi yang harus berputar, mulai dari perusahan oto bus, pengasong, warung terminal, pengamen biasa, dan pengamen berpangkat.
Dari kehidupan ini mereka bergantung, untuk mendapatkan sesuap nasi, pendidikan layak, dan untuk kebahagiaan yang lain, perjuangan tak lagi mudah, semua berhimpitan, berhimpun, merebutkan nominal, ya begitulah,

Tulisannya ini tidak selesai, keburu sampai terminal, hahaha

Semakin jarang saya melakukan jarak jauh dengan kendaraan umum seperti bis, rasanya dari dulu tidak begitu banyak yang berubah, mulai pelayanan sampai dengan fasilitas yang ada. Ketika diterminal juga masih semrawut, bahkan tak jarang ada kondektur yang menarik ongkos dia atas tarif maksimal. Tapi bukan itu yang mau saya bahas.

Tepat saya naik dari terminal bus Mojokerto, kebetulan penuh sesak dan tidak mendapatkan tempat duduk, saya nikmati saja, anggap saja ini juga sisi lain dari nikmat Tuhan.
Tepat di depan saya ada seorang bapak, dan dua orang anaknya cewek n cowok, bapak ini berwajah khas chinese, yang bagi saya jarang saya temui di angkutan umum seperti ini (no rasis). Sang bapak rela tanpa duduk, dan memberikan tempat duduk yang ada untuk anaknya, yang sekira seumuran anak smp. Terlihat diraut wajah anak2 ini seperti orang yang pertama kali naik bus, wajah tidak nyaman n kesal. Sang ayah mencoba menghibur mereka dengan mengajak ngobrol, dan sesekali membuat candaan dengan menarik ujung bibir dan di lihatlah pada puterinya yang murung, "senyumnya di" si anak masih dengan wajah kesalnya.
Bahkan saya menjumpai si anak cowok jatuh dari kursi saat bus belok atau ambil haluan, dengan telaten sang ayah yg berkacamata mengajari bagaimana ketika duduk di pinggir, kaki harus di buka biar bisa untuk menahan tubuh biar tidak terpelanting.

Saya tatap sejenak wajah sang ayah, terlihat lelah, mungkin sejak dari kediri beliau nya sudah berdiri, kadang juga terlihat tatapan jauh kosong, saya hanya mencoba menerka apa yang ada di benak seorang ayah
"Nak, maafkan ayah, mungkin hari ini ayah belum bisa mengajak liburan yang nyaman, tempat yang indah yang seperti kalian bayangkan, begitu juga dengan sarana naik bus umum ini, mungkin bagi kalian ini adalah pengalaman yang menyebalkan, sekali lagi maafkan ayah dengan segala penuh keterbatasan. Satu hal yang ayah inginkan suatu hari nanti, cukup ayah saja yang merasakan kesederhanaan ini, setidaknya ada pelajaran dalam bis ini nak, tidak selamanya hidup kita indah, kadang pula juga kamu harus tau tentang kerikil kerikil tajam yang seringkali menghadang, kamu harus kuat, kamu harus jadi orang yang tangguh, sampai saatnya nanti kamu tau arti kehidupan sesungguhnya"

Sembari melepaskan lamunan, menghela nafas panjang, dan bis melaju lagi di diiringi lagu nostalgia masa lalu.

Unknown

Pengabdian,
banyak orang bercerita kepada saya tentang bagaimana itu pengabdian, yang paling dominan pengabdian itu adalah, ihlas, merelakan diri untuk kepentingan di luar pribadi, tanpa tendensi apapun, apalagi berbau materiel.
Tapi sisi lain yg saya pahami, adalah kata rela dan kata ihlas, hal yang begitu luar biasa, terkesan suci dan manusia terpilih. Tapi itu bukan masalah pokoknya.
Jika pengabdian dilihat dari bahasa, maka akan ada kata abdi, serapan dari bahasa arab, yang artinya adalah hamba, mengabdi berarti menghambakan diri pada "tuan" bisa berupa, manusia, benda, Tuhan, atau tujuan hidup yang lain.
Karena sering kali dalam mengabdi ini adalah rasa memberi, padahal bagi saya bukan memberi, lebih tepatnya adalah membalas, kenapa membelas? Karena karunia tuhan begitu besar untuk hidup kita, tak akan bisa satu manusia pun mampu membalasnya, dengan memberi berarti kita adalah mahluk yang sombong, maha pemberi kok masih di beri, berarti itu impossible, dan kita akan cenderung menjadi pribadi yang kedekatannya dengan tuhan lebih baik dari pada orang lain.
Pengabdian bagi saya adalah kesungguhan, kejujuran, kerelaan untuk menindas kepedulian pribadi, menekanya dalam sebuah pengamalan hidup, baik di pekerjaan, ataupun tanggung jawab sosial yang lain, dengan anda bekerja jujur dan sungguh sungguh, itu juga adalah salah satu bentuk pengabdian.

Bebarapa waktu dan sampai hari ini, bekerja adalah hal mutlak yang di inginkan saat sudah menjadi sarjana, banyak sekali pengangguran di negeri ini, sarjana susah mendapatkan pekerjaan, mereka ahirnya bingung, stres, tertekan dan banyak juga yg ahirnya bantir setir.
Berangkat dari pengalaman, banyak teman-teman menghubungi saya, menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan di tempat saya bekerja, atau bahkan minta kepada saya untuk di ajak bekerja, dan jadi apapun.
Pekerjaan saya saat ini di bidang konstruksi, tentunya paham apa saja pekerjaan yang ada di proyek. Piramida kepemimpinan pasti ada, dan yang paling bawah dan yang paling banyak adalah pekerjaan kasar, seperti kuli dan tukang. Walaupun saya tidak pernah bekerja fisik berat, tapi saya tidak tega jika harus melihat teman teman saya jadi bawahan saya, dan resikonya adalah saya tegur, bahkan saya berhentikan dari pekerjaan.
Yang harus di pahami adalah, pekerjaan itu goal nya adalah beres nya pekerjaan, keuangan, volume, dan target waktu. Nah kalau sampai tidak selesai maka akan berisiko pada semua pihak yang terlibat.
Jadi hemat saya, bekerja itu adalah komitmen besar, terlepas apa itu pekerjaan nya
Banyak teman teman yang mengiyakan walaupun jadi kuli, makanya saya gak gak begitu paham dengan alasan mereka, yang pasti mereka seperti itu karena tekanan besar, dari banyak pihak.

Bersambung...

Unknown

Ada banyak jalan yang di tempuh manusia untuk menggapai kebahagiaan, jalan yang di lewati satu orang dengan orang lain ada yang sama ada yang berbeda, yang paling pasti adalah cara untuk melewatinya
Kita sering melihat keindahan jalan yang orang lain tempuh, terlihat mudah, dan indah, itu hanya penglihatan, kalau mau lebih jujur dan menanyakan kebenarannya maka jalan itu kadang rumit, berliku dan menyebalkan
Kenapa begitu? Dalam istilah jawa ada namanya sawang sinawang, dan yang saya pahami sawang sinawawang adalah kita sering kali melihat orang lain lebih bahagia, lebih mudah kehidupan nya, lebih enak kerja nya. Padahal sebenarnya setiap tindakan punya konsekwensi, tergantung bagaiman sikap seseorang menyikapi itu.

Unknown

Aku tak mengenalnya
Orang tua yang melahirkan negara ku
Mereka Menghidupkan nyanyian harapan
Memberikan kepercayaan kalau bangsa ini ada
Janji janji kemerdekaan manis

Mereka orang tendensius
Mereka suka berkhayal
Mereka, memaksa Tuhan untuk menuruti semua doa
Mereka setia pada jiwa jiwa yang hampa

Bila mana semua menguap
Layaknya angin malam
Semakin berhembus semakin kencang
Dan tercium sudah bau bangkai nya

Mereka kini

Mereka di hianati anak kandung kemerdekaan
Mereka dipaksa menangis di sorga
Mereka bahagia dengan penyesalan

Kemerdekaan yang di harap
Kini hanya tetap janji janji
Pelayanan negara menjadi buas
Menjadi rakus
Menjadi tamak
Menjadi beringas

Memanfaatkan kemerdekaan dengan menghamba
Mendamba hidup yang kelihatan mata
Buhul hitam bertiup
Darah kembali ditumpahkan
Bukan untuk melanjutkan kemerdekaan
Tapi untuk melanggengkan penjajahan

Tuhan maha baik, dengan segala cuci cuci
Dengan segala uji uji
Dengan segala tirakat
Dan dengan segenap rasa ketuhanan

Terenyuh ketika di hadapkan dengan kondisi bangsa ini yang sedang sakit, dan yang lain menikmati kebahagiaan di atas penderitaan yang lainya.
Banyak yang tak tau diri, pemuda bangga dengan foya foya, hidup pura pura dan penuh dengan tipu daya. Hanya mengharapkan janji pendidikan yang mensejahterakan, nyatanya kehidupan tak seindah bayangan di bangku kuliah.
Mereka adalah pemuda yang bingung, pemuda yang kehilangan arah, bahkan dengan dirinya sendiri mereka tidak paham.
Mereka seharusnya berterimakasih pada tuhan, mereka tau seharusnya meluapkan rasa syukur itu bagaimana. Seharusnya mereka tau cara belajar pada sejarah. Seharusnya tau jerih payah orang tua untuk membahagiakan mereka.

Tapi, mereka sedang sakit, sakit psikisnya, sakit batinnya. Mereka menciptakan dunianya sendiri, mereka membuat kehidupan terkotak kotak, mereka lupa kalau mereka bagian dari masyarakat, mereka lupa kalau bangsanya sedang sakit, mereka lupa kalau hari ini kita masih hidup dalam penjajahan dan perbudakan

Ya Tuhan, yang maha agung, sekiranya ada kesempatan kami untuk bertaubat, ampunilah kami, ihdinashirotolmusytaqim, kembalikan jati diri kami, pupuk lah kepercayaan kami.
Kami yakin, bangsa kami adalah bangsa yang Engkau ridhoi, bangsa kami besar Tuhan, kami ingin hidup secara damai dalam memujimu, kami ingin keadilan untuk menegakan ketaatan, kami ingin kekuatan untuk menebus segala kesakitan, kami ingin jadi bangsa yang banyak syukur, yang bersikapnya adalah kecintaannya padaMu Tuhan.

Segerombolan anjing itu menyerang
Menyergap paksa serigala salju
Dengan sengit serigala melawan
Anjing pun masih dalam posisi menggempur

Andai saja para anjing tau, pertarungan mereka fana. Anjing anjing bertarung untuk mengalahkan bangsanya sendiri.
Mereka membunuh kemerdekaan sekawananya
Hanya karena latar belakang kebodohan dan ketidak mampuan nya menjadi diri sendiri

Inilah gambaran asing memperlakukan bangsa kita.
Kita jadi anjing apa jadi serigala?

Unknown

Beberapa hari yang lalu salah tiga kampus di kota Malang melakukan ritual rutin melabeli manusia menjadi sarjana, dengan harapan manusia ini mampu memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa ini, ribuan manusia ini di pestakan dengan seremonial, genggap gempita, riuh dan ramai.
Wajah bahagia tersandar pada para wisudawan dan keluarganya, rasa bangga dan penuh dengan kesyukuran. Entah apa yang ada di benak para manusia ini, satu hari itu mungkin mereka bahagia karena melewati proses yang katanya berat, hari berikutnya mereka kembali merengkuh kebingungan, ada yang tersadar bahwa jerih perih mereka ada hasilnya, ada yang merasa proses selama ini sia-sia.
Banyak di antara manusia ini bingung dengan dunia nyata, tak seindah impian yang di bangun universitas, janji janji manis kehidupan menguap begitu saja, yang ada hanya kebingungan kebingungan yang ambiguitas, tuntutan sosial, tuntutan usia, dan tuntutan calon mertua menindas dengan paksa.
Bagi yang punya biaya mereka memilih untuk bertahan di kota ini dengan melanjutkan studi sebagai hiburan, yang belum berani pulang memilih mencari pekerjaan hanya sekedar bertahan hidup di kota ini, tapi juga masih ada beberapa manusia terpilih, mereka yang bekerja sebelum lulus, mereka yang punya usaha, mereka yang melanjutkan studi dengan beasiswa, dan mereka yang menikah dengan modal janji tuhan.
Fenomena ini bukan gambaran matang, paling tidak ini adalah kondisi manusia hari ini.
Masih hangat dalam ingatan penulis, tentang banyak pilihan dan paksaan yang ada, penulis dengan bodohnya memilih pekerjaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan yang di tempuh saat kuliah dulu, karena sekali lagi hidup bukan untuk menuruti gengsi dan suara sumbang sosial.
Menjadi apa adalah harapan setiap manusia, menjadi apapun yang di kehendaki tuhan dan bermanfaat untuk orang lain adalah hal yang baik.
Yang penting dalam kehidupan kita masih ada rasa cinta pada sesama, masih ada kepekaan sosial, kepedulian pada bangsa ini, kepedulian kepada agama ini, jauh lebih penting dari pada menghadapi ketakutan karena belum ada makanan untuk esok hari.
Sarjana pengangguran bukan manusia nista, tidak pernah ingin menjadi seperti itu, mereka ingin bahagia, mereka ingin di anggap sebagai manusia. Tapi kondisi sosial lah yang menciptakan mereka menjadi marginal, universitas hanya memberikan janji dan mimpi, selebihnya manusia nya sendiri juga harus sadar diri, bagaimana harus bersikap sebagai manusia.

Siapa se yang tidak pernah marah? Rasanya hampir tidak ada seorangpun yang tidak pernah marah di dunia ini, karena marah adalah ekspresi, marah adalah bahasa seseorang ketika menyampaikan apa yang ada di benaknya dengan penuh emosional.

Unknown

Sudah hampir satu minggu ini saya di pindah tugaskan di kota mojokerto, beberapa hal baru mengenai adaptasi sudah hampir rampung, mulai pengenalan wilayah, jalan, nama tempat, termasuk dimana tempat beli makan dan minuman pakai es tentunya.
Ada banyak hal baru yang saya temui sepanjang jalan ataupun tempat tempat yang saya kunjungi, keunikan budaya, kehidupan sosial dan sejenisnya.
Satu hal yang menarik, disepanjang jalan kampung dan kecamatan akan kita temui banyak pohon mangga, mungkin ini salah satu kota dengan pohon mangga terbanyak, atau saya saja yang sebenarnya kurang paham kota lain yang ada mangganya sebanyak kota ini.
Saat ini sedang musim dimana mangga mulai berbuah dan sering jatuh di jalan, terbesit kenangan akan kampung halaman jauh disana, hahaha dimana masa kecil sering saya habiskan untuk bermain di perkebunan mangga yang luas, dan sekarang sudah di tebang habis karena keserakahan manusia, berganti dengan tanaman jati produksi.
Berbeda dengan disini sepanjang jalan banyak kita temui pohon mangga besar, jalanan menjadi teduh, selain itu juga menghasilkan buah yang enak dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Mengaca dari hal ini seharusnya dinas terkait di kota manapun mempertimbangkan untuk menanam tanaman produktif di sepanjang jalan, bukan hanya tanaman teduh, tanaman buah yang menyejukkan dan memberikan manfaat ekonomis untuk masyarakat.
Bayangkan berapa panjang jalan di indonesia, jika semua ditanami tanaman produktif tentunya akan sangat menguntungkan, untuk ekonomi lokal maupun nasional, disamping sebagai penyuplai oksigen dan memberikan keteduhan bagi pengguna jalan.
Apresiasi untuk pemerintah mojokerto kota dan kabupaten yang masih mempertahankan mangga di kota ini, semoga kedepannya tanaman produktif di utamakan untuk ditanam di pinggir jalan atau pekarangan rumah warga

Beberapa hari ini kehidupan terasa sangat berbeda, lingkungan yang baru dan hampir semua baru. Tapi bukan itu yang membuat saya merasa berbeda, itu sudah biasa.
Di kota ini setiap pagi terasa berkabut, apalagi di jalan raya poros nasional, sebelumnya saya mengira ini adalah kabut seperti biasa yang saya temui di malang, bukan, ini adalah polusi udara, dengan kadar racun mungkin tinggi, saking dekatnya menghalangi jarak pandang normal, belum lagi adalah baru busuk yang menyengat disekitar daerah industrial, luar biasa sekali.
Ini lah resiko yang harus dibayar mahal untuk kehidupan di bumi, memang benar pabrik pabrik itu menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit, tetapi dampaknya adalah semua kehidupan di bumi, walau tak terasa karena biasa, suatu saat nanti korban pastilah banyak, jadi jangan salah kalau manusia modern sistem imunitas nya semakin lemah. Bukan karena orangnya, tapi melainkan kondisi lingkungan yang memaksa begitu.

Salam untuk kota mojokerto

Rasanya belum lama ini semua terjadi begitu saja, usia sudah semakin tua, tapi kematangan masih dipertanyakan.
Yah ombang ambing dinamika kehidupan yang tidak bisa ditebak membuat hidup kadang terasa rumit, rumit, dan rumit, kayak rambut ketika bangun tidur, -anggap saja begitu

Tidak ada salahnya dengan mengeluh, wajar guys, kita manusia biasa banyak kurangnya, tapi jangan banyak mengeluh, nanti hidupmu kurang syukurnya, nikmati aja prosesnya

Semuanya mencari jalan pulang, entah lewat mana dan menggunakan kendaraan macam apa, iya pulang, pulang kerahmatullah, semua tanpa terkecuali.
Sekarang kamu jadi apa its no problem, itu hanya masalah peran, iya peran nantinya juga sama pertanggungjawaban nya

Jadi, selain itu pertanggungjawaban jalan pulang ada hal lain? Sudah tau apa? Paling juga gak tau, hahaha

Ya ya ya yang tau, santai aja gak usah nyolot, hahaha i

Ya hal lainnya itu adalah kebahagiaan, kenapa kebahagiaan? Karena itu yang selalu hari ini manusia inginkan, dengan segala apapun caranya.
Sebenarnya gak ada se standarisasi nilai bahagia itu kek apa, tapi ya tetap saja itu rasa yang bisa dirasa dan di cipta. Satu hal yang harus kita tau, bahagia itu tidak terletak di cantik maupun jelek, kaya atau miskin, tapi bahagia bisa dimana saja, kita yang buat kek apa, disyukuri saja, dinikmati, nanti juga bahagia sendiri.

Yang penting kita bisa singkirkan neraka hidup, who who itu? Ya manusia manusia yang kita anggap lancang, yang ngomong semaunya, sak karepe udele dewe, suka nyacat orang, hina2, apalah itu pokoknya, kuncinya dengerin aja yang penting, yang gak ya bodo amat lah, ngomong apa, wong dia cuma bisa komentar, apa ngasih makan kita? Beliin mobil? Pulsa? HP? Ngajak jadian, eh eh baper

Wes pokoknya gitu lah, nikmati hidup kita, biarlah orang ngomong apa, yg penting kita gak ngerugiin dia, dan yang pasti dengan sedikit gak mikirin masalah yang gak penting kita bisa hidup dengan nyaman dan damai.

Udah gitu aja , sambung besok2

Unknown

Seoalah air matamu menetes,
Mentap dia pergi, jauh jauh dan akan lama..

Itu hanya senu, dan tak semudah itu .
Lupa lupa, melupakan. 
Kau menahan genangan yang siap meluap

Pesta pesta, dan pesta

Petang datang kau berpesta,
Menjelang petang pesta
Libur hari pesta
Menjelang dia pergi kau masih berpesta
Setelah dia pergi kau tambah meriahkan pestanya.

Sekolahmu, tirakatmu, puasamu, adalah sekian dari kepuasaan kehidupan yang harus kamu terima.

#myself

Unknown

Dari sekian kemungkinan penilaian terhadap ke-jadi-an yang ada, penerimaan informasi pada sang penilailah yang menentukan nilai itu ditetapkan.

maka, nilai kerjernihan tengah harus ditemukan, sehingga yang dinilai tidak perlu merasa baper, terpuji, ataupun terhina.

Unknown

jauh kata menggapai sikap
meloncat dan lari di muka
tak menunduk, memandang angkuh
tak sedikit kerendahan yang menyesuaikan
butiran hati yang tersisa dari goresan tinta-tinta hitam

lenyap nyala, hitam kelam, bukan sunyi
sepi tanpa arti
lupa diri, dekat dengan mati
terhempas lepas pelukanMu

"Aku seperti apa yang Kau Aku-kan"

Unknown

yang terbesar dan tersulit adalah memerdekakan diri dari rasa memiliki, rasa mengusai, dan segala hasrat yang membuat kita semakin lemah karena ancaman dari apa yang kita kuasai.

#merdekaitu?

Unknown

Kita tau kehidupan itu adalah rangkaian keindahan yang bisa memudar, lantas kenapa harus kita pertahankan jika keindahan2 itu hanya tempelan saja, percayalah itu tak akan abadi.

Dari banyak partikel kemanusiaan Kau sisakan banyak hal, yang kemudian itu disebut dengan karakteristik, yang masing masing sisi adalah perbedaan.
Sebagai hal yang biasa, kita menyisakannya dalam bingkai rasa hormat dan tanggungjawab. Sisanya adalah ke-egois-an. Sendiri berkepentingan, dan banyaknya menjadi bajingan.

Aku adalah baju kurungMu, yang tersusun dari cinta dan anugrah. Tak ingin membusuk, dan ternoda oleh keserakahan-keserakahan yang akan menyengsarakan yang lainya.

Aku adalah daunMu, yang suatu saat nanti lepas dari ranting dan berguguran kemudian kembali memelukMu.

Unknown

"Nak ingat ya, jadi orang jangan mudah tersinggung, jangan mentang2 jadi palu semua kau anggap sebagai paku. Bila suatu saat nanti sudah menjadi "orang", punya jabatan atau apalah itu, jika ada yg kesusahan, minta tolong jika kamu bisa tolonglah semampu yang kamu bisa, apalagi teman2mu, barangkali suatu saat nanti kamu di posisi seperti dia, insyaallah tuhan akan mempermudah jalan hidupmu nak" #ibukekoncoku

Datang dan pergi begitu saja

Tinggal cara kita melihat
Menilai keadaan
Ada atau tidak adanya hanya bagian kecil ruang di hati kita

Sejauh dan seberat apapun itu hanya masalah jarak, sisanya adalah ambisi pribadi, Dia tak salah, kita saja yang malas menghisab diri.

Sudah itu saja, Mundak gumoh

Aku percaya setiap detik kematian menyapa
Aku percaya kehidupan tak akan selamanya,

Tapi samar dalam keraguan,
Aku tak percaya pada diriku
Aku tak percaya pada lakuku
Aku tak percaya pada hatiku

Sujudku, hanya bertumpu
Sholatku, hanya berjibaku dalam raga
Agamaku hanya simbol

Kesombongan kesombongan menyapa, memercik rayu,
Membongkar jasad yang sudah busuk
Menanamkan keindahan fana
Kepuasaan yang hanya selesai dimata

Keangkuhan datang berkibar, panji kehidupan anti kritik
Sosial mengerucut, runcing tajam menerka kemanusiaan

Kumbang jalan, dan setetes embun cahaya di pucuk mawar

Malang, 14 September 2016

Unknown

Bila tiba saatnya nanti,
Aku ingin kau yang disampingku
Meniti jalan panjang yang kita rentangkan
Tekuk lututku
Biarkan aku bersujud bersamamu

Labels: 0 comments | | edit post
"Mas piye pendapat sampean tentang kasus A yang baru saja diberitakan di media X?"
hahaha, sampean iku dek, aku sebenre gak nggubris ngono iku, opomeneh seng ngomong media masa, tambah gak moco n gak ngerti aku gak patek.en
"kenapa kok gitu mas?"
la piye to dek, wong berita mbendino isine yo mong kepintingan, mboh iku ekonomi opo politik, bah koral bah pedel intine seng diberitakne mbendino iku mong koyok ta*k, seng perlu sampean kudu ngerti, ta*k iku asale ko ndi? sopo seng ngetokno? kenapo kok metune ngono? tujuane opo kok nising na kono? wes ngono ae pikiren dewe. hahaha
Kau bilang aku manusia, sama sepertimu, berdiri sama tinggi dinegeri tercinta. kau bebaskan aku perfikir dan berkehendak, kau batasi dengan hak manusia yang lain.
Lantas kenapa kau masih tanyakan apa agama, suku, dan ideologi?
kau suruh aku mengamalkan ideologi bangsa? tapi, negaraku tak mengakui ideologi bangsaku.
negaraku bingung dengan bangsaku.
jangan tanya apa agama, suku, dan idiologi.
aku adalah INDONESIA yang lain
Kata ibu tetangga sebelah "Mas, jane mahasiswa iku lapo se mas, bendino kok cangkruk e ndek cafe2 karo warung kopi, nek gak ngono yo boncengan ngalor ngidul karo pacare"
Mati aku, kudu jawab piye sam
Besok liburan terahir kang mas, njor pean nyapo kok hanya ngadep laptop, nyirami tanduranmu ne pot, ngopi, n sekali-kali makani ikan ne aquarium? kok gak koyok konco-konco mahasiswamu iku? liburan, ngetrip, mantai, muncak, sak bangsane?
"hahahaha, bukane aku gak seneng liburan, gak seneng ngetrip, ngadventur, muncak, mantai. mek seneng ae ne kene luweh tenang gak loro ati"
loh lapo kok loro ati? mari diputus pacarmu ya?
"ndeh, lambemu. piye aku gak loro ati, 1 aku liburan muesti tempate rame orang alay n selpi2 gak jelas, 2, mbanjor ngono tempate banjir sampah, 3, pikiren dewe.. opo gak mbahnekiper ngono iku. opo gak enak nak sini ae, ayem, tentrem, tor bikin bahagia.
ooo gitu kang mas, nek ngono tak konconi ngopi ae, njaluk udud,e yo,, haha
oh iya, gak kabeh iku alay lan nyampah, masih banyak yang ngerti etika dan kebersihan. ojok lali bayarono kopiku, hahaha
"Mas, kok harmonis tidak ada dikajian pustaka, dan standarisasinya bagaimana?"
oalah niku pak, ngapunten pak. Mohon maaf kalau buku dan literasi saya terbatas, setahu saya bapak tidak ada itu dei harmonis, satu buku atau jurnal sekalipun, jadi harmonis itu harus digandengkan dengan fariable yang saya angkat. misalkan dalam rumah tangga ada perceraian, itu juga belum tentu tidak harmonis, kalau ada rumah tangga pas-pasan bilang mereka harmonis, saya bisa apa pak?'
"o gitu ya mas, jadi kasih aja pengertian seperti yang sampean pahami"
"enggeh pak" (dalam benak: pak sampean iku njor ngopo, jarene nek akdemis kudu gae refrensi kok malah iki disuruh ngarang bebas, sepurane pak, aku bukan doktor apalagi kompresor, jadi terserah saya aja ya)
Unknown
Aku Tak Mengenalmu
23 Tahun sudah kita bersama, melewati waktu tanpa jeda
tak sedetikpun terlewatkan
setiap goresan tinta, takdir cinta dan kebencian
urat nadi mengakar, menakar detak jantung
kau tetap setia tanpa tapi,

akulah tapi itu,
tapi aku belum mengenalmu
tapi aku masih gagal memahamimu
tapi aku sering melupakanmu
tapi aku selalu gagal menerka identitas dan personilitasmu.
tak ada andai diantara kita,
tak ada pembandingan
tak ada keraguan
tak ada jeda
tak ada sekat
inilah aku, kau dan kebodohanku

Seorang pemuda sambil tergopoh-gopoh menghampiri pohon besar di belakang rumahnya, sampai dibawah pohon dia berlutut

"Wahai pohon, dimana lagi kau sembunyikan potongan permainan tuhan ini?"

"Pemuda yang budiman, alangkah lucunya jika kau tanyakan permainan yang sama sekali tanpa peraturan dan alur, berdirilah dan kembali kerumah, berdirilah depan kaca dan lihat dirimu dengan seksama, kau akan tau, apa itu hidupmu"

Labels: 0 comments | | edit post

Oleh Ma’mun Syaikhoni*
Nampaknya apa yang ditakutkan Bung Karno benar-benar terjadi pada bangsa bangsa Indonesia saat ini. Banga Indonesia telah menjadi bangsa buruh dan bangsa yang kehilangan jati diri. Bahkan menentukan masa depan bangsa sendiri tidak menentu, perpolitikan tidak sehat mewarnai jalanya pemerintahan dinegeri ini. Ketimpangan ekonomi dan sosial terjadi dimana-mana dan yang paling mengerikan adalah saat pendidikan hanya digunakan sebagai pencetak para buruh dan budak.
Dewasa ini perkembangan pendidikan mulai dirasakan, tapi pemaksaan dalam tubuh instuisi pendidikan semakin marak, bahkan tidak lepas dari system pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa malah menjadi mesin penghancur bangsa sendiri.
Degradasi nilai keindonesian saat ini telah melebur keseluruh lini kehidupan, mulai maindset kehidupan, politik, ekonomi, bahkan setiap tindak tandu masyarakat di Indonesia. Pemaksaan nilai impor sangat dirasa sebagai hal yang harus ditiru dan dikerjakan oleg sebagian besar bangsa ini, bahkan ini menjadi nilai yang sangat wajib untuk dilakukan dan diterapkan dalam system pendidikan. Bahkan dengan adanya importifikasi kebudayaan berpendidikan dari luar bangsa Indonesia sering menganggap hal yang benar dan hal yang harus dikejakan tanpa berpikir bagaimana cultural dan komposisi banbsa ini. Bahkan sebuah instansi pendidikan rela menjual anak didiknya untuk dijadikan korban memaksaan budaya pendidikan impor, guna menyokong dana untuk keberlangsungan instansi tersebut. Bukan hanya itu saja sebenarnya yang dirasakan bangsa Indonesia saat ini, berbagai macam bentuk pemunduran nilai-nilai kebudayaan kita semakin parah. Semua aspek telah teracuni, bahkan gaya hidup dan bahasa yang kita lakukan sehari telah terkontaminasi oleh bahasa asing. Di instansi pendidikan yang seharussnya memperhatikan pendidikan berbudaya dan berbahasa malah mempelopori penggunaan bahasa asing yang mereka anggap sebagai bahasa ilmiyah, padahal bahasa tersebut tidak menunjukan keilmiahanya. Setiap even apapun mereka selalu mencantumkn bahasa asing yang menurut mereka keren dan bahasa orang berpendidikan, tapi dalam hakikatnya mereka semakin menunjukan kebodohan dan pembodohanya terhadap orang disektarnya. Krisis kebudyaan di instansi pendidikan inilah yang akan menyebabkan tergerusnya bahasa dan budaya local yang arief dan santun. Bukan hanya demi gengsi dan menunjukan kita sebagai orang terdidik terus semaunya saja memaksakanya kepada orang lain.
Sehingga pemaksaan dalam system pendidikan semakin terasa, dan akibatnya pendidikan tidak sejalan dengan pengertian dan tujuan pendidikan, pendidikan adalah aktivitas sosial dalam pencarian , pengembangan, dan penemuan pengetahuan, yang didalamya digunakan symbol-simbol sebagai wahana mengomunikasikan sebagai bentuk gagasan, ide, dan pengetahuan.
Dekandensi dan degradasi jati diri bangsa semakin meraja lela, bahkan menganggap nilai luhur kebudayaan kita sudah jadul dan tidak layak lagi untuk digunakan, sehingga nampak jelaslah penghapusan-penghapusan nilai kemanusian Indonesia. Dengan begitu tak ubahnya pendidikan sebagai sebuah proses pembodohon dan penghancuran generasi penerus bangsa. Dalam proses pendidikan saat ini yang mengatas namakan idiologi yang tercerahkan mulai menanamkan idiologinya kepada bangsa ini dan mengubah maindset anak didik dari orientasi berpegetahuan menjadi orang yang terseting oleh symbol-simbol dan kultural, sehingga masa depan hanya tertuju pada individualis, demi harta, wanita dan tahta. Sudah dapat dibayangkan bagaimana kehidupan dan keberlangsungan kehidupan ini jika hal yang demikian tetap dijalankan dan dipaksakan pada dri bangsa ini. Kehancuaran dan kehinaan Nampak sangat jelas nampak lurus didepan mata jika tidak diadakanya revolusi dalam setiap lini yang mempengaruhi khidupan bangsa ini.
Imporisasi budaya sangatlah mahal, dan kemahalan yang kita keluarkan tidak semuanya dapat kita rasakan manfaatnya, hanya sebagian yang berperan demi kemajuan dengan tanpa hati nurani, menganggap iportifikasi adalah hal yang wajib dan komuditi yang bisa diperjual belikan.
Lewat beberapa hal yang mengatasnamakan globalisasi pendidikan para eksporter budaya mulai memasukan budaya mereka, dan bangsa kita cenderung untuk mengikuti dan mempraktekan, sehingga nampaklah kita sebagai pengikut dan tunduk akan apa yang telah digariskan mereka, dengan demikian pola tujuan pendidikan kita yang asli dari rakyat mulai tebunuh dan tidak dihargai di masyarakat. Semua setandarisasi di dasarkan pada setandar luar negeri, semua yang tidak standar luar negeri segera mati dan terkubur, tiada harga yang pantas untuk produk negeri. Dengan demikian semakin jelaslah kalau bangsa kita sebagai bangsa pengikut dan cenderung berprilaku layaknya babu.
Oleh karenanya dengan segala upaya pencapaian nilai luhur kebudayaan kita serta kembali ke fitrah kita sebagai seorang akademisi yang bukan hanya mengejar materi belaka, maka sudah selayaknya menjalankan tugas tridarma kependidikan yaitu: belajar, penelitian, dan pengabdian. Dah tiga hal didepan sudah sangat jelas fungsi dan tugas kita.
Perlu digaris bawai sudahkah kita melaksanakan tridarma pendidikan tersebut? Saya rasa untuk belajar sudah, tapi untuk Penelitian yang mana? Dan pengabdian yang mana? Apakah pengabdian waktu kita KKN atau PKL itu pengbdian? Memang itu pengabdian, dan kebanyakan pengabdian tersebut adalah hanya formalitas belaka? Tapi itu hanyalah bagian yang sangat kecil. Eksistensi kita sebagai mahasiswa memiliki pemikiran kritis, inovativ, pikiran bebas, daya kreativitas, daya nalar,sikap mempertanyakan, sikap terbuka, sikap argumentative, dan sikap dialogis telah terbunuh dengan halus oleh symbol-simbol pendidikan di Negara ini yang sarat dengan imporisasi dan hegemoni kekuasaan. Dan dengan segala kemampuan yang kita punya mari bersma kita gunakan fungsi kita, agen of change, agen of control, kita rubah, kita control, apa yang sebenarnya yang cocok untuk bangsa kita. Sebagai seorang akademisi seharusnya kita berfikiran kritis dan berfikir besar demi harkat, martabat, kesejahteraan, dan jati diri bangsa.
Dengan berpegang teguh kepada nilai kearifan budaya dan agama kita, mari kita gunakan sebagai filter atas importer-importir budaya yang sebenarnya tidaklah seumua cocok dengan bangsa kita. Penempatan suatu hal akan sangat bermanfaat apabila hal tersebut sesuai dengan tempat dan kebutuhanya,sehingga tumpang tindih dan simpang siur tidak terjadi di setiap aspek, yang merugikan bangsa kita, baik secara moril ataupun materiel.
Sudah selayaknya kita bersatu untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa kita serta mewujudkan bangsa kita sebagai bangsa yang mempunyai jati diri, bangsa yang memanusiakan manusia, dan bukan lagi menjadi bangsa buruh, bangsa pengikut, dan bangsa yang tertindas.
*Ma’mun Syaikhoni
Mahiswa Syari’ah UIN Malang 2010
Email: chimoe92@ymail.com

Labels: 0 comments | | edit post
Pada suatu pagi yang cerah, seorang bintara setan baru saja lulus dari akademi politik penggodaan manusia, dia semangat sekali dengan jabatan barunya.
Menghadaplah ia ke komandan untuk menerima tugas
"Tugasmu mulai hari ini di senayan, gedung DPR RI, jerumuskan semua yg disana, dan point besarnya adalah para anggota dewan yg terhormat" perintah dari atasan
"Siap komandan, laksanakan"
Bergegaslah dia kegedung dewan, dia mulai memilih dan memilah mana yang akan digoda dahulu dari 560 anggota dewan, sekian lama memutari seluruh ruangan dia bingung, dewan ini tergoda dengan proyek ini, dewan itu dengan proyek itu, dan dewan ini tidur saja dikantor.
Ahirnya dia putuskan untuk ngopi saja dikantin, dan tugasnya sudah beres semua.
Dalam istana yang megah di sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawe, tempat dimana puteri yg cantik jelita, anggun, dan sangat mempesono bagi siapa saja yang memandangnya.
 
Disuatu hari sang puteri mengalami kejenuhan di dalam istana, kaburlah ia di seberang hutan jauh dari istana, dan ahirnya sang puteri diculik oleh segerembolan penyamun, dirampas semua apa yg dimiliki, termasuk segala yg melepas ditubuhnya, tapi ia berhasil menyelamatkan diri, sampailah disebuah sungai yg airnya jernih sehingga nampaklah siapa dirinya dalam bayangan air, tanpa mahkota, tanpa pakaian kebesaran dan tanpa istana megahnya.
Dia berujar "aku hanya seperti manusia biasa yg lainya"
Unknown
Dalam bayang gelap
Kesunyian adalah teman
Hampa adalah isi
Bagaimana bisa aku membenci
Jika langit masihlah sama

Tak akan berandai
Berdikari memeluk mimpi
Luluhkan hati yang pembenci
Hingga malam kunjung menepi

Sayu dalam sajak
Menyeka waktu
Terhunus kejujuran
Aku dan semua bintang

Jadi bagaimana cahaya memudar?
Karena cinta yg tak peka
Atau karena angkara menerka
Semua diam semua sirna, kita
Salah satu aktivitas familiar ketika liburan saya, kalau tidak naik gunung ya kepantai, atau tempet sejenisnya. Apa se ok.nya liburan di alam bebas? Bagi saya liburan bisa dimana saja, tetapi alam bebas tetap prioritas. Tidak perlu banyak alasan, alam bebas adalah tempat terbaik untuk menyegarkan otak dan tubuh kita, dimana kita bisa mendapatkan oksigen yg bersih, air yg murni, panorama yg indah, pokoknya amazing lah.
 
Dengan menyatu dengan alam kita bisa berfikir tentang banyak hal dengan nyaman, berapa banyak alam berkontribusi buat manusia, seberapa agung kekuasaan tuhan, seberapa kecil diri kita, dan seberapa jauh kita bisa mendekatkan diri pada tuhan.
Yah, mungkin ini yang saya rasakan beberapa hari terahir, ketika semua menjadi sensitiv dan mrnjadi sangat mendetiel untuk menentukan sesuatu. Terlepas dari makanan, bau-bauan, bentuk, bahkan gambar sekalipun.
Belum teruji secara pasti, entah ini sebagai sebuah respon atas kondisi tubuh atau karena hal lain sehingga sampai dimana sebuah titik sensitif indra kita, dalam kondisi seperti ini kita hanya bisa bertanya mengapa semua itu bisa terjadi sedemikian rupa. Bayangkan saja, bagaimana anda bisa enggan melihat sebuah foto, padahal sebenarnya sebelumnya anda nyaman saja memandangnya, dan saat ini ketika saya memandang menjadi hal yang sangat tidak saya inginkan. Begitu juga dengan makanan, semua menjadi tidak enak, baunya saja membuat saya ingin muntah, padahal hari sebrlumnya itu makanan nikmat sekali.
Terlepas dari itu juga tentang perasaan, menjadi sensitiv, perasa, apapun tindakan sering berakibat pada kondisi perasaan, entah itu merasa bersalah, merepotkan, atau mengganggu.
Hal di atas hanya sekedar asumsi belaka, opini yang belum tentu kebenaranya, tetapi saya mencoba mrnarik kesimpulan dengan analogi kenapa manusia harus berpuasa, baik puasa wajib, sunah, atau puasa ritual lainya. Dalam asumsi saya puasa bukan hanya menahan lapar brlaka, tetapi dalam puasa akan mengkonversikan kondisi tubuh pada sutu titik dimana kepekaan akan jauh meningkat, kejernihan pikiran, dan juga hubungan kita dengan Tuhan. Sehingga apa ketik kita brpuasa kita akan semakin paham dimana hal-hal yang pantas dilakukan dan man saja hal yang sebenarnya harus kita tinggalkan, kita akan mwnjadi senakin matang dalam kepribadian, dan semakin mantap dalam menjalani kehidupan ini.
Semoga
Unknown

Tertahan disudut kamar
Sendiri tertegun
Teman adalah rasa sakit
Melemahnya fisik dan batin
Terdepak dari dunia nyata

Dan ku tau pasti, Kamu menemani hatiku.

Beberapa hari ini tubuh saya harus benar-benar di istirahatkan total, pasalnya sejumlah penyakit datang bertubi-tubi, mulai dari flu, batuk, radang tenggorokan, demam, sampai diare akut, hingga kalah lah sistem imun tubuh ini. Mungkin ini adalah beban berat yang harus tubuh ini terima karena kesalahan saya pribadi.
Pasca kerja rodi hari sabtu dan munggu kemaren, diterpa dengan panas yang ekatrim, malam kurang tidur, makan pun tidak teratur. Pasalanya hari senin tubuh saya masih merasa baik, dan bisa melewati semua, tapi berubah ketika hari selesa saya paksa dengan hanya dua jam tidur, alhasil setelah tidur agak sore, bangun2 badan sudah seperti ada yg gak beres, besoknya benar saja tubuh menggigil dan panas tinggi, hari berikutnya giliran diare yg menyerang, bahkan dalam hitungan jam saya harus bolak balik kamar mandi.
Banyak sudah obat yang masuk, tapi nampaknya belum ada yg bisa menyembuhkan, sementara ini sembari menahan rasa sakit hanya bisa termenung mensyukuri nikmat tuhan yang diberikan pada kita
Banyak pelajaran dari kejadian ini, tubuh kita ada batasanya, dimana dia harus dupaksa, dimana dia butuh asupan sehat, dan dimana dua butuh di istirahatkan. Jadi sekali-kali lihtlah tubuhmu, dia sudah bekerja keras untuk ambisimu, maka perlakukanlah dia dengan senestinya, karena kita juga tau hari esok nasihlah berat untuk ditahlukan bersama tubuh yang selalu setia dalam kindisi bagaimanapun.

Semoga lekas baik, mari kita lanjutkan petualangan ini body.

Meluangkan waktu sejenak untuk kembali melihat diri kita sendiri, baik secara fisik ataupun secara batin, semuanya memberikan kesan bagaimana juga dengan cara kita melihat diri yang lain.
Dalam kehidupan fisik, tubuh kita mempunyai komleksifitas yang tinggi, tersusun dari segala elemen dan segala macam bentuk beserta fungsinya. Secara mendetiel kita harus faham bagaimana seharusnya kita memperlakukanya.
Perhatikan dan rasakan setiap inchi dari bagian tubuh ini, bagaimana begitu luar biasa dan sangat msngesankan, semua tersusun atas karya indah Tuhan.
Maka sudah menjadi barang wajib kita untuk msnjaga dan merawatnya, mulai olah raga, makan sesuai kebutuhan, dan istirahat yg cukup.
Lakukan semua dengan sesuai porsinya, kerjakan dengan segenap kesungguhan, dan pastikan kita juga memberikan reward pada fisik kita ketika selesai dalam sebuah misi hidup yg kita jalankan bersamanya.

Banyak waktu yang akan terlewati, tanpa momen pasti, kadang semuanya berlalu begitu saja, sampai kita sadar semua telah bersemayam jadi kenangan.
Sulit memang, menerka keadaan, sampai kita tahu batas masalah dan bagaimana kemampuan kita bisa mengatasinya. Terlampau manis atau pahit itu hanya soal rasa, semuanya bisa kita buat dengan bahasa verbal yang kita miliki.
Observasi adalah harga mati, kita musti tau diri dimana kita berada, mengapa dan bagaimana, jika itu kita gagal menahami maka fatal lah semua.
Banyak anugrah dalam kehidupan ini, tak terperinci, semuanya indah, semuanya bermanfaat, sampai kita termenung kembali apa yang akan kita gunakan, untuk apa anugrah ini.

Lepas topengmu, berjalanlah pada jalan kemerdekaan.

Unknown

Melawan Adalah
Melawan adalah cara ketika hidup dalam tekanan
Melawan adalah ketika keadilan tidak diterapkan
Melawan adalah ketika kedholiman merajalela
Melawan adalah ketika kalah bukan pilihan
Melawan adalah ketika kenyataan tidak sesuai nurani
Mrlawan adalah ketika kekuasaan membuahkan tiran
Melawan adalah ketika peraturan tak berkemanusian
Melawan adalah ketika manusia belajar menjadi tuhan
Melawan adalah ketika diri ini tak sadar diri.

Labels: 0 comments | | edit post

Seorang anak bertanya pada Bapak: Bapak, kenapa dengan kuliah rasanya saya tidak diajak betul menjelajahi realitas hidup kita sebenarnya? Realitas hidup yang melahirkan saya dan temen-temen mahasiswa saya? Kenapa dengan kuliah saya hanya terdorong menjadi birokrat? Menjadi pegawai? Menjadi budak kapitalis? Kenapa dengan kuliah seperti mengakomodasi juga hasrat-hasrat feodalistis untuk menjadi priyayi, menghamba setatus dan pengakuan diri, pemimpi kedudukan, jabtan, dan kekuasaan? Kenapa setelah kuliah dikota saya merasa mundur dan turun tingkat ketika kembali kedesa, Bapak, sebenarnya kuliah ini untuk apa? Apa untuk melanggengkan penindasan? Bapak, dari mana kuliah ini berasal, dan siapa yang punya universitas yang katanya untuk memperbaiki hidup ini Bapak?

Bapak, saya tidak ingin menjadi epigonis sejati.

Tulisan ini, disadur dan digubah dari tulisan CN di buku, Indonesia Bagian Dari Desa Saya

Unknown

Karena tempo waktu telah berlalu,
tanpa ada jeda tertinggal
kemudian berganti dengan detik yang tak bisa dipaksa
walau hanya sejenak tak akan bisa
akan tetap berjalan, mengalir lembut
sampai detik yang ditunggu berhenti
tak akan sejenak, berpindah, dan memulai dengan waktu dan dimensi yang baru.

Labels: 0 comments | | edit post
Unknown
berjalan menuju suatu tujuan dibawah derasnya hujan turun, kita bisa memilih antara basah kuyup, agak basah, bahkan tidak basah sama sekali.
memilih yang datang untuk bertahan, datang sebentar kemudian pergi, dan bahkan tidak sama sekali. dalam kedatangan semua ada tujuan bukan karena sekedar kebetulan, kemudian nasiblah yang kadang mempertahankan atau akan menuntunya untuk segera beranjak
Labels: 0 comments | | edit post
Nyatanya adalah suatu keberaturan adalah karena perubahan yang di negasi, yang sebenarnya adalah sangat tidak beratur kalau standarisasi yang digunakan adalah produk kepakeman.
kemudian dalam perkembangan peradaban, perubahan adalah harga mati, dia berjalan dinamis dan dalam setiap lekuknya menciptakan tatanan kebenaran yang dalam dua aspek dikatakan menjadi sebuah kebenaran teoritis dan sisilain adalah kebenaran praxis. oleh karenanya semua kemungkinan bisa terjadi dan yang menjadi kebenaran adalah dia yang bisa melewati proses-proses kebenaran yang distandarisasi.
Malang, 11 maret 2016
Unknown
Aku tidak tau apapun ini atau itu,
Semua terasa sama, baik adanya
Termasuk dalam lamunan, semua terasa nyata
Mungkin salah dalam instingku, tapi logika tak akan membodohkanku
Aku tau aku lemah, aku tau aku akan kalah
Tapi sudah jauh wakty aku memandang, bahwa telah kusiapkan diri ini untuk menerima segala kenyataan.

Terimakasih untuk hujan yang terkenang, tertunggu senyumu
Labels: 0 comments | | edit post
Unknown
Teringat sebuah cerita lalu
"Banyak yang bersikap baik pada kita lebih dari saudara, dekat seperti orang tua, tapi mereka lupa untuk menampar kita disaat kita salah, lalu ahirnya begitu saja pergi karena kita yang gagal memahaminya, kemudian meninggalkan cerita sepotong bahwa kita adalah orang yang tak layak untuk tau apa yang tak kita dipahami"
Labels: 0 comments | | edit post


Bersyukur Karena Luar Biasa?
Sebuah keniscayaan ketika kita dalam setiap waktu untuk mengingat betapa hebat dan agungnya sebuah karya Tuhan yang maha esa, sering kali kita lupa untuk selalu mensyukuri nikmat dan mengangagungkan namanya, hanya beberapa kali saat kita sedikit menyadari tentang sebuah anugrah yang kita rasa lebih dari pada biasanya, atau kejadian itu baru kita lihat dari bentuk sunatullah yang telah kita miliki sehari-hari.
Bagaimana tidak kita selalu tercengang dengan hal-hal diluar batas kewajaran, tentang manusia yang mempunyai keahlian lebih, tentang mahluk lain yang unik, dan hal luar dari biasanya ayang lain.
Pernahkah kita berfikir sejenak tentang segala apa yang ada dalam hidup kita, sudah pernah dihitung atau dipertanyaakan seberapa menakjubkan karya tuhan dalam hidup kita baik fisik maupun non fisik. Bagaiqamana kita tidak sadar pada nyawa yang terkandung dalam badan ini, tidak ada yang bisa menciptakan kevuali Tuhan, bahkan hal ini tidak bisa dibeli ditoko atau di penjual manapun, setiap hembusan nafas, gerak tubuh kita, dalam pertumbuhan kuku dan rambut, dalam putaran aliran darah, detak jantung, ini adlaha fenomena luar biasa, dengan geratis kita bisa menikmati oksigen, dengan gratis kita bisa melakukan apapun dengan organ tubuh kita, tanpa harus beli dan tanpa harus menyewa.  seberapa biasapun diri kita dengan hal ini saya rasa tetap saja ini bukan fenomena yang harus kita anggap biasa, begitu hebatnya Tuahan menciptakan kita dengan segala kesempurnaan yang ada.
Segala sesuatu yang ada dimuka bumi adalah bentuk karya agung Tuhan, sebagai bukti kalau tuhan adalah maha segalanya. Tumbuhan, hewan, dan semua yang ada di bumi dan dilangit langit semuanya luar biasa, semuanya diciptakan dengan akurasi yang sangat detiel dan turukur. Semuanya tunduk pada Tuhan dan mengagungkan namanya, seberapa jauh dan dalam pun kita berpikir kita akan semakin tahu bahwa karya tuhan sangat luas dan tidak terbatas, sumber dari segala cahaya dan ilmu pengetahuan.
Lantas apakah hari ini masih merasa hidup kita biasa saja? Bersyukur seperlunya? Atau mengingat Tuhan seingatnya? Maka secara pribadi saya akan terus bertafakur dan bersyukur tentang semua karya dan keagungan Tuhan, tidak dengan apapun saya bisa membalasnya, bahkan sholat dan berbuat baik sejuta tahun pun tak akan bisa untuk membalas sejengkal karyanya.
Subhanaka inni kuntu minadlolimin, Astaghfiruka, waatubu ilaika, taubatan abdi dholimin, layamliku linafsihi dhorro wala naf’a walau mautan wala hayatan wala nusuro.
Malang, 14 Maret 2016 03:30
Unknown


Langit Malam
Sudah dua malam ini saya habiskan sisa waktu untuk memandangi langit, mulanya saya hanya bisa memandangi sesekali Saat kebetulan diluar ruangan atau sedang ada kegiatan di alam bebas. Tetapi dua malam ini begitu berbeda, entah karena ada masalah atu sedang ada suatu hal yang belum saya bisa untuk saya biasakan, setidaknya ketika saya memandang langit saya merasa lebih tenang dan ada kebahagiaan tersendiri.
Diselimuti dengan udara sejuk kota ini, bahkan cenderung dingin tetap saja saya merindukan suasana langit malam, berangkat kerumah kontrakan yang atapnya adalah dek dari beton jadi dengan bebas saya bisa berada diatasnya sampai subuh menjelang, memandangi langit malam yang tak kalah indah dengan langit yang ada dipagiatu siang hari, hiasanya adalah bulan dan segla bintang-bintang yang menajubkan, dan kedang ketika kita bisa melihat meteor yang terbakar. Suasana langit malam adalah kesempurnaan dan menggambarkan betapa kecil diri kita di dunia ini.
Salah satu waktu berfikir dan menemukan ide adalah ketika malam mulai hening, kehidupan yang sepi dari hiruk pikuk urusan dunia, kita bisa sejenak merasakan hembusan angin yang membawa udara yang sejuk, mendengarkan bunyi-bunyi binatang malam dan gerak dalam sebuah kegelapan, begitu indah ritmenya dan begitu memberikan hiburan yang membahagiakan.
Seskali membayangkan beberpa kejadian masa lalu, membayangkan wajah-wajah orang yang kita sayang, memplening sebuah masa depan dan membangun strategi untuk mengalahkan dunia yang saya hadapi saat ini, rasanya sangat bisa memberikan solusi atu sekedar ilusi apalah itu yang penting saya pahami itu adalah anugrah dari yang maha hidup.

Malang, 14 Maret 2016 03:50


Mempertahankan Petani
Ketika kita melihat wajah kota malang hari ini semakin hari semakin cantik, dan semakin hari semakin penuh dengan bangunan-bangunan dari beton sehingga sedikit sekali menyisakan lahan pertanian yang kian hari kian terhimpit dan sempit. Pertama kali menginjakan kaki dikota ini sekitar tahun 2010 dimana belum begitu banyak perubahan seperti ini, begitu enam tahun berjalan rasanya lahan-lahan yang saya kenal semakin habis dan menjadi perumahan-perumahan, yang dulunya terlihat sawah sekarang menjadi bangunan.
Menjadi petani dikota seperti ini bukan hal mudah, bukan karena tanahnya tidak subur atau mahalnya biaaya produksi atau kebutuhan untuk bertani, tetapi adalah tawaran dari investor yang sangat menggiurkan, bayangkan saja tanah disekitar lokasi saya saat ini sudah mencapai angka 3 juta per meternya, bahkan bisa lebih dari itu ketika berlokasi ditempat setrategis. Sangat-sangat menggoda iman para petani. Ketika kehidupan semakin sulit dan himpitan ekonomi semakin mencekik maka tawaran seperti ini sering melenakan para petani untuk menjual lahan garapanya kepada para devoleper, dengan demikian jarang sekali petani yang bisa mempertahankan tanahnya dikota ini.
Selain kompleksitas diatas pemerintah kota Malng sendiri juga tidak serius melindungi lahan garapan yang ada dikota ini, sehingga semakin lama akan semakin habis. Tidak bisa dipungkiri bahwa tanah dikota ini adalah tanah yang sangat subur dan sangat produktif, bisa tiga kali panen dalam setiap tahunya. Tanah di malang subur karena malang adalah kota yang diapit oleh beberpa gunung berapi yang beberpa waktu dulu sering mengeluarkan abu vulkanik yang mnyuburkan tanah. Kemudian irigasi disini sangat memadia, kalau dilihat dari bekasnya sudah sangat lama, mungkin sejak zaman belanda dulu, disudut-sudut pinggir kota tidak ada sawah yang tidak ada irigasinya, tapi sayang sekali irigasi itu menjadi parit buangan limbah rumah tangga karena sawahnya sudah berubah menjadi pemukiman warga.
Berangkat dari permasalahan diatas bukan menjadi kemungkinan kalau kita tidak bisa bertani dikota ini, dengan semakin sempitnya lahan kadang beberpa pemilik tanah juga membiarkan tanahnya menganggur dan terbengkalai begitu saja, itu biasanya tanah yang sudah di jual ke investor tapi belum bisa di bangun. Oleh karenanya seharusnya ada peringatan kepada para pemilik tanah yang tidak tergarap untuk mengaktifkan lahan pertanian tersebut, bisa dengan menggarapnya sendiri, menyewakan, atau bagi hail dengan para petani lokal yang ada, jadi dengan semakin sempitnya lahan kita masih tetap bisa menyumbang bahan makanan yang bermutu untuk masyarakat, sehingga paling tidak kita bisa mengurangi jumlah impor bahan baku makanan dari luar negeri yang jumlahnya setiap tahunya semakin bertambah.
Pertanian di era modern mendukung kemajuan bangsa, memberikan makanan yang sehat pada masyarakat, memberilakan lahan pekerjaan dan menjaga ketahanan nasional.
#SavePetani
Malang, 14 Mar. 16 04:21