Unknown
Muak dengan semua tanggung jawab nafas
menyisakan sesak yang tiada habisnya
suatu hal yang selalu menimbulkan dosa
setiap hembusan nafas yang tiada guna

adanya kamu dia atau mereka terasa hampa
saat aku menghargai betapa berharganya diriku lebih dari segalanya, hingga tuhanpun akan iri melihatnya..

apakah kamu tau, kalau aku adalah illuminator bagi diriku, bukankah serimpetan itu yang membuat jalan semakin lambat dan lbih menyingkirkan harga diri,

dengan perasaan maka akan menggantikan indahnya berfikir dengan logika yang selalu menjadi raja hidupku dalam setiap kesempatan bernafas,

ah, sudahlah dimana jiwa-jiwa pemberontak yang pernah menemaniku dalam segala waktu dan ruang, haruskah memusnahkan apa yang aku miliki hanya untuk sebuah penyiksaan terhadap diri-diri yang bersandar pada sistem, ataukah hanya sebuah nyanyian pembunuhan untuk menghibur diri dari kelesuan rasionalitas dan idealitas,

hanya dengan kata bisa menusukan sejuta pisau yang terhunus rapi pada susunan kabinet republik sang perasa-an. melullu lantahkan bagaikan rongsokon bangkai kapal yang merindukan angin yang akan membawanya kembali berlabuh pada realita bahwa segalanya adalah berjalan melewati rasio yang sesungguhnya,

semuanya akan merasakan betapa indahnya proses penciptaan dengan mimpi, dan ahirnya terbunuh pula dengan kelemahan akan kemampuan yang telah terberdayakan, yang ada hanya sebuah keyakinan yang takut akan dirinya, yang selalu menyalahkan untuk membenarkan sbuah kebenaran yang memalukan dan jauh dari sebuah pandangan yang nyata,

kubur jauh semuanya tuliskanlah hari dengan pena bertinta biru atau tidak sama sekali, rangkaikan sejuta duniamu pada lorong-lorong waktu yang bisa saling mengisi untuk tidak saling melakukan pembunuhan setiap kesempatan,

ada atau tidak ada sistem, kita akan sama hidup dengan banyak dunia dan tentunya metode berfikir yang berbeda pula,

Bedakan dunia dan harimu, maka kompleks hasil penciptaan kita,,
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment