Mempertahankan Petani
Ketika kita melihat wajah kota malang
hari ini semakin hari semakin cantik, dan semakin hari semakin penuh dengan
bangunan-bangunan dari beton sehingga sedikit sekali menyisakan lahan pertanian
yang kian hari kian terhimpit dan sempit. Pertama kali menginjakan kaki dikota
ini sekitar tahun 2010 dimana belum begitu banyak perubahan seperti ini, begitu
enam tahun berjalan rasanya lahan-lahan yang saya kenal semakin habis dan
menjadi perumahan-perumahan, yang dulunya terlihat sawah sekarang menjadi
bangunan.
Menjadi petani dikota seperti ini
bukan hal mudah, bukan karena tanahnya tidak subur atau mahalnya biaaya
produksi atau kebutuhan untuk bertani, tetapi adalah tawaran dari investor yang
sangat menggiurkan, bayangkan saja tanah disekitar lokasi saya saat ini sudah
mencapai angka 3 juta per meternya, bahkan bisa lebih dari itu ketika berlokasi
ditempat setrategis. Sangat-sangat menggoda iman para petani. Ketika kehidupan
semakin sulit dan himpitan ekonomi semakin mencekik maka tawaran seperti ini
sering melenakan para petani untuk menjual lahan garapanya kepada para
devoleper, dengan demikian jarang sekali petani yang bisa mempertahankan
tanahnya dikota ini.
Selain kompleksitas diatas pemerintah
kota Malng sendiri juga tidak serius melindungi lahan garapan yang ada dikota
ini, sehingga semakin lama akan semakin habis. Tidak bisa dipungkiri bahwa
tanah dikota ini adalah tanah yang sangat subur dan sangat produktif, bisa tiga
kali panen dalam setiap tahunya. Tanah di malang subur karena malang adalah
kota yang diapit oleh beberpa gunung berapi yang beberpa waktu dulu sering
mengeluarkan abu vulkanik yang mnyuburkan tanah. Kemudian irigasi disini sangat
memadia, kalau dilihat dari bekasnya sudah sangat lama, mungkin sejak zaman
belanda dulu, disudut-sudut pinggir kota tidak ada sawah yang tidak ada
irigasinya, tapi sayang sekali irigasi itu menjadi parit buangan limbah rumah
tangga karena sawahnya sudah berubah menjadi pemukiman warga.
Berangkat dari permasalahan diatas
bukan menjadi kemungkinan kalau kita tidak bisa bertani dikota ini, dengan
semakin sempitnya lahan kadang beberpa pemilik tanah juga membiarkan tanahnya
menganggur dan terbengkalai begitu saja, itu biasanya tanah yang sudah di jual
ke investor tapi belum bisa di bangun. Oleh karenanya seharusnya ada peringatan
kepada para pemilik tanah yang tidak tergarap untuk mengaktifkan lahan
pertanian tersebut, bisa dengan menggarapnya sendiri, menyewakan, atau bagi
hail dengan para petani lokal yang ada, jadi dengan semakin sempitnya lahan
kita masih tetap bisa menyumbang bahan makanan yang bermutu untuk masyarakat,
sehingga paling tidak kita bisa mengurangi jumlah impor bahan baku makanan dari
luar negeri yang jumlahnya setiap tahunya semakin bertambah.
Pertanian di era modern mendukung
kemajuan bangsa, memberikan makanan yang sehat pada masyarakat, memberilakan
lahan pekerjaan dan menjaga ketahanan nasional.
#SavePetani
Malang, 14 Mar. 16 04:21
Post a Comment