Ancaman dan Imbalan

Dalam dunia yang berada dipenghujung senja ini, manusia modern masihlah terjebak pada konsepsi yang seharusnya itu sudah ditiadakan sejak lama, mereka terkungkung padasatu tatanan dimana perbuatan baik akan mendapatkan sebuah imbalan (pahala) dan perbuatan buruk akan mendapatkan ancaman (dosa). Tanpa melalui sebuah proses pemikiran yang menyeluruh dan sistematis. Alasanya adalah ketika kita malas untuk melakukan sebuah pemikiran maka hal yang paling mudah adalah mengikuti serangkaian taqlit yang sudah mendarah daging pada masa modern ini, lagi pula akan menyibukan kita jika mencari alasan satu persatu.
Mengenai sebuah hukum kausalitas  dimana ada akibat karena memang ada sebab maka dalam hal ini baik dalam tatanan nilai agama maupun sosial ini sangat berimbang. Bagaimana sebuah tatanan masyarakat yang seharusnya menjerumuskan pada subuah kebaikan untuk semua dengan segala aspek moralitas yang ada. Dengan hukum asal jika manusia berbuat baik, maka dia akan pula menuai kebaikanya, begitu sebaliknya jika manusia berbuat kejahatan maka kejahatan itupun akan kembali pada dirinya. Kemungkinan yang dibenarkan oleh agamapun kadang sama sekali masyarakat belum mampu mengambil sebuah tindakan yang mengatasnamakan perbaikan tatanan untuk kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian agama menjadi sebuah jembatan mengatarkan perbaikan pada subtansi awal dogma dan ajaran menuju tuhan dengan tidak mengesampingkan kehidupan individu sebagai bagian dari tatanan sosial.
Agama dalam hal ini sebagai pembungkus dengan konsepsi syariahnya kemudian dengan bersandar pada wahyu telah menggiring manusia pada sebuah konsep dan prilaku “baik” yang dengan demikian akan berkembang pada kehidupan masyarakat yang seimbang. Lain halnya dengan subtansi atau bentuk lain dari sebuah obyek yang ada, seharusnya manusia mampu mengeja sebuah perintah sebgai kebutuhan mendasar dan menyelaraskanya dengan nilai kebeneran yang mereka yakini. Sehinmhga ketika kita melakukan sesuatu bukan hanya karena itu sebuah bentuk imbalan atau ancaman, melainkan ini adalah kebutuhan yang ada untuk memenuhi kompenen-komponen dalam sistem peradaban masyarakat.
Dalam diri individu manupun, piranti kebaikan sudah tertanam dalam dari sisi logika yang mungkin masih tertutup. Kemudian banyak yuang tidak bisa menembusnya dan mengubah menjadi sebuah prilaku yang positif, karena keterbatasan itulah maka kebaikan akan terhalanmg, apalagi kebutuhan manusia sebagai mahluk alamiah juga masih menyisakan naluriah seperti mahluk hidup ciptaan tuhan yang lain. Tercipta sempurna adalah karunia besar, tapi kesempurnaan itu juga butuh digali, dicari diasah dan ditemukan.
Malang, 11 maret 2016 13:44
Labels: , | edit post
0 Responses

Post a Comment