dimana aku melihat, tak senyum itu merona, menyapa bagai embun pagi, tak ku nanti jawaban kecuali dengan senyuman..
... hanya saja waktu itu tak mengerti berapa lama lagi aku harus menyaksikan butiran air mata yang menetes, 

... sebuah asa tentang impian, menari indah di atas ombak yang menderu, akankah ku ulang sebuah kebahagian yang terkenang...

... bila saatnya nanti tak ada lagi ruang dan waktu yang menyeka, akan ku sampaikan padamu tentang cerita bintang dan malam, yang mengajariku tentang bagaimana menerima takdir...

... tak usah bayangkan bagaimana caraku menyapamu, tapi nikmati saja kerinduan yang terekam dalam gelap, karena terangku tak adalagi mempu menggapaimu

... wahai langit, senyumu itu yang selalu membuatku tersipu malu untuk hanya saja bisa melihat wajahnya, dia yang menerima malam dengan siangnya, dia tersenyum di pagi dan gelapku, dia yang menyisakan ahir cerita di ujung jalan, dia yang tak pernah lelah untuk mengejar asa,

... ah, hanya bayangan semu, bukan saat aku mau mencibir air yang selalu konsisten dengan jalanya.

... pindahkanlah yang seharusnya dipindahkan, dan tetapkan sebagaimana takdir harus berjalan,
0 Responses

Post a Comment