Engkau yang diam tak berarti, berteriak dan menjerit, menyesalkan tangisan yang lalu,
lalai dengan siapa kau beranjak, yang mengantarmu pada kebinasaan,
hanya bisa diam di telapak tangan yang terbungkus ribuan tisu yang basah oleh keringat dan darah
tak terkira berapa luka yang kau diamkan, hingga ahirnya jadi pemisah antara kemunafikan dengan kebinasaan,
dan beterbangan seperti kupu-kupu yang tak punya masa depan..
lengkapi kejengkelanmu dengan menelan krikil yang berserakan di depan jalanmu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment