Hari ini sedang menjadi mainstream membandingkan dua hal pilihan yang sebenarnya dua duanya tidak untuk dipilih atau di jadikan tolok ukur, dan hal seperti jamak terjadi di kehidupan sosial kita, termasuk di media sosial.
Dan tanpa sadar kita juga menjadi bagia yang ikut menyebarkan sesat faham yang seperti ini.
Contoh kongkrit dari kasus ini adalah, lebih baik terlambat dari pada tidak, (yang benar adalah terlambat itu tidak baik), ex lebih baik ngemis/ngamen daripada nyopet atau ngerampok (ada nilai yang lebih bagus sebenarnya untuk di perbandingkan, seperti kerja serabuatan, nguli atau apapun) ini hanya sedikit contoh perbandingan yang sebenarnya tidak tepat, belum lagi yang menyangkut masalah prinsipil seperti lebih baik pemimpin kafir tapi tidak korupsi, ini juga tidak tepat, yang tepat adalah pemimpin seiman tapi tidak korupsi.
Perbandingan perbandingan seperti ini terjadi karena beberapa hal, pertama, karena kondisi dimana kemalasan berfikir dan bertindak, ada hal yang sebenarnya lebih tinggi nilainya dari pada hal baik yang di perbandingkan. Kedua, kadang untuk mencapai sesuatu hal ini juga di terapkan, bahkan sangat picik dan licik, perbandingan yang tidak seharusnya di gunakan untuk menyerang sebuah kepercayaan, golongan, dan sebagainya, membandingkan mending jadi muslim a dari pada muslim b, padahal kita masih bisa menjadi c, d atau yang lain.
Yang ketiga adalah ketika penerima sudah dengan sukarela menerima tanpa mempertimbangkan hal yang lebih tinggi nilainya, maka ini akan menjadi konstruk sosial, dimana keengganan untuk mencari nilai lain akan sulit.

Hal hal seperti ini timbul karena kesempitan berpikir, cara pikir, penerimaan pengetahuan dari luar golongan, keluar dari pakem nilai otak, maka sangat gampang terjadi gesekan, gampang terbakar dan meledak dalam menyikapi beberapa persoalan yang menghampirinya.
Maka menurut hemat penulis, tabayyun itu perlu, berfikir logis itu perlu, sehingga dalam menerima informasi kita masih mempertimbangkan untuk di cerna dalam otak, kemudian tertuang dalam bentuk aksi nyata.

Labels: , | edit post
0 Responses

Post a Comment