melihat sajak yang tak terurus di tepian raga yang menyamping,
takdir itu tak ubahnya sebuah insklopedi yang tak terbahasakan.
walau hujan tak lagi menyisikan grimis di mendung, tetaplah jiwa ini terkatung katung dalam derasnya embun,
engkau bulan turunkan serpihan cahaya mentari yang tersisa, buatku lupa siapa aku sebenarnya, akanku berjalan dengan cinta, atau menakdirkan dengan menyisakan semua cinta yang tersisa,

Buatku menangis dalam sujud.
0 Responses

Post a Comment